Saturday, April 30, 2011

ada apa dengan dengki

Hati-hati dengan Dengki Kenapa iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam as? Sebab, iblis sangat dengki terhadapnya. Karena itu, barang siapa di antara kita memiliki sifat dengki, maka sungguh kita telah memiliki salah satu sifat iblis. Rasulullah SAW ber...sabda, "Melepaskan dua ekor srigala lapar di kandang kambing tidak lebih besar bahayanya di bandingkan dengan seorang muslim yang rakus terhadap harta dan dengki terhadap agama. Sesungguhnya dengki itu memakan habis kebaikan, seperti api melalap habis kayu". (HR. At-Tirmidzi) Seorang pendengki hidupnya tidak akan mulia di dunia. Malaikat pun akan muak kepadanya. Jika kelak mati, ia akan mendapatkan kedudukan yang teramat hina di hadapan Allah. Demikian pula di Yaumul Hisab timbangannya akan terbalik, sehingga neraka Jahanam pun siap menerkamnya. Itulah nasib malang yang akan Allah timpakan kepada seorang pendengki.. Apakah dengki itu? Secara garis besar sifat ini terbagi ke dalam dua bagian. Pertama, dengki yang diharamkan. Seseorang merasa tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain dan merasa bahagia kalau orang lain mendapat musibah. Atau setidaknya, ia menginginkan nikmat yang ada pada orang lain tersebut hilang. Ini dengki yang diharamkan, karena sifat seperti ini termasuk ke dalam tingkatan ketiga dari penyakit hati. Kedua, dengki yang diperbolehkan berupa rasa iri kepada kenikmatan orang lain, tapi tidak ingin menghilangkan kenikmatan tersebut darinya. Melihat orang lain memiliki rumah bagus, kita merasa iri ingin pula memiliki hal yang sama dan tidak dengan cara menjadikan orang tersebut jatuh miskin. Keinginan seperti ini wajar-wajar saja selama tidak bergeser menjadi perasaan tidak enak, yang berlanjut pada hasrat ingin melenyapkan kenikmatan orang tersebut. Bahkan, "kebolehan" merasa dengki seperti ini insya Allah akan berpahala bila kita berbuat. Pertama, ketika melihat orang berilmu dan gemar mengamalkan ilmunya, giat berdakwah dengan penuh keikhlasan, dan kita pun menginginkan untuk berbuat seperti itu. Kedua, ketika melihat orang kaya yang gemar membelanjakan hartanya di jalan Allah, lantas kita menginginkan berbuat hal serupa. Dengki biasanya akan berpasangan dengan keadaan yang dihadapi pemiliknya. Mahasiswa akan dengki kepada sesama mahasiswa. Orang pintar akan dengki kepada orang yang pintar lagi, demikian seterusnya. Pendek kata, akan sulit terjadi seseorang merasa dengki terhadap orang lain yang memiliki kapasitas berbeda. Secara umum ada empat hal yang bisa menyebabkan munculnya sifat dengki, yaitu: pertama, kebencian dan permusuhan. Sifat ini bisa muncul karena pernah disakiti, difitnah, salah satu haknya dilanggar, atau sebab-sebab lain yang merugikan diri sendiri. Kedua, hadirnya naluri untuk selalu lebih dari orang lain. Naluri ini merupakan jalan tol menuju penyakit dengki. Seseorang yang merasa pakaiannya paling bagus misalnya, akan mudah dihinggapi rasa dengki ketika melihat ada orang yang pakaiannya lebih bagus dan lebih mahal daripada yang dipakai dirinya. Kita hidup seharusnya seperti orang memandikan mayat. Ia akan senang bila ada yang membantu. Ketika berkiprah dalam dakwah, hendaknya kita bersyukur tatkala ada saudara seiman yang memiliki misi yang sama, dan ditakdirkan ilmu dan jamaahnya lebih banyak dari kita. Allah SWT berfirman dalam QS An-Nisaa: 32, ''Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.'' Penyebab dengki yang ketiga adalah ambisi kepemimpinan. Obsesi ingin selalu memimpin yang disertai ambisi untuk merebut pucuk pimpinan adalah sarana yang paling rawan munculnya kedengkian. Bahkan bisa menjadi awal hancurnya sebuah negara dan umat. Karena itu, dalam konteks kepemimpinan umat, orang yang pertama kali terbenam ke dalam neraka adalah ulama-ulama pendengki yang selalu berambisi menjadi pemimpin dan mengejar popularitas. Munculnya kedengkian dalam hati para ulama dan pemimpin umat sedikit demi sedikit akan menghapuskan cita-cita luhur untuk mewujudkan ittihadul ummah; persatuan umat dalam cahaya Islam. Dalam QS Al-Hujurat ayat 12 disebutkan: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah pula sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Penyebab keempat adalah akhlak yang buruk. Orang yang buruk akhlaknya akan kikir berbuat kebaikan dan tidak suka melihat orang lain mendapatkan kebaikan. Jika melihat sesuatu yang tidak disukainya, ia pasti akan menggerutu dan sibuk menyalahkan. Orang seperti ini hidupnya akan selalu sengsara, dan di akhirat nanti akan mendapatkan transfer pahala yang ia miliki kepada orang yang didengkinya. Rasulullah menyebutnya sebagai orang bangkrut, mufhlis. Ia membawa pahala kebaikan, tapi pahala itu habis untuk menggantikan dosa yang diperbuatnya pada orang lain. Oleh karena itu, Ibnu Sirrin pernah berucap, "Saya tidak sempat dengki di dunia ini. Kengapa saya harus dengki, apalagi perkara di dunia dan terlebih lagi dengki kepada orang saleh? Bukankah dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhirat nanti. Apa perlu kita dengki? Wallahu a'lam bish-shawab. ( KH Abdullah Gymnastiar )

Wednesday, April 27, 2011

kasih bunda

Lihat cermin itu bunda,,,

Seraut wajah berlumur kasih sayang

Sorot matanya penuh keikhlasan

Dengan keriput yang terlukis indah

Membuatnya semakin cantik laksana bidadari



Lihat bunda,,,

Senyum keteduhan selalu bertahta di bibirnya

Menambah kharisma di setiap lekuk wajahnya

Membuat semesta menghormat takjim padanya



"Siapa dia sayang"

Suara yang lembut menerobos relung jiwaku

Suara yang selalu membuatku patuh tanpa paksa

Suara yang selalu ku rindu jika jauh darimu

Suara yang tersirat kasih nan tulus

Itu suaramu bunda,,,Hmm,,

Aku tersenyum menggodamu

" Menurut bunda,

siapa gambaran yang ada dalam cermin??"

"Dia nafas hidup ku,

Tempat aku bercerita dan bercanda"

"Dia tumpuan dalam setiap doa-doa ku,

Tempat pemujaan ku atas nikmat dari Sang Penguasa Jiwa"

"Dia itu engkau bunda ku tersayang,

Yang selalu memelukku dengan selendang kasih mu"

Itu engkau bunda

Itu engkau,,



Kasih dan keikhlasan yang kau curahkan pada kami

Tak pernah terkikis di telan masa

Cinta yang kau beri kepada kami

Seperti matahari yang selalu menghangatkan di sepanjang usiamu

Ketulusan yang engkau beri, tak mampu aku membalasnya

Dengan selendang kasih yang selalu kau hamparkan

Engkau ajari aku makna hidup yang sesungguhnya

Meski terkadang kau masih menganggap aku gadis kecilmu

Tapi rasa hormat dan kasih ku tercurah untukmu

Terima kasih bunda,,

Terima kasih,,

Selendang kasihmu akan menjaga di sepanjang hidupku



~~~~~~

teruntuk bunda q dan bunda2 di seluruh jagat raya,, :))





Friday, April 22, 2011

Menata Hati 2

Hati Lembut Dan Jernih





Ya Rabb, betapa banyak aku telah bermaksiat pada-Mu, namun Engkau tidak juga menghukumku, begitulah penuturan sebagian rahib Bani Israel. Padahal sebenarnya Allah SWT telah banyak memberi hukuman kepadamu, akan tetapi engkau tidak juga menyadari. Sesungguhnya balasan keburukan adalah keburukan yang serupa!, demikian menurut Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam bukunya ‘al-Hasanah wa as-Sayyiah’.



Gersang


Musibah terbesar adalah merasa aman setelah melakukan perbuatan dosa. Padahal sanksi itu tidak diturunkan secara langsung. Siksa terbesar bagi seseorang adalah jika ia tidak dapat menyadari dosa-dosanya, terserabutnya nilai-nilai agama darinya, kerasnya hati, dan salah memilih amal untuk
kepentingan jiwanya. Buah dari itu semua adalah sehat jasmani dan cita-citanya tercapai, akan tetapi hatinya keras dan sakit.



Sebagai contoh, sebagian orang tidak mendapatkan taufiq sehingga tidak menjalankan shalat subuh dalam rentang waktu yang lama. Atau ia teledor dalam menaati kedua orang tuanya, sehingga engkau mendapatinya sebagai orang yang paling durhaka kepada keduanya. Atau engkau melihatnya senantiasa berbuat maksiat atau bahkan telah akrab dengannya, akan tetapi ia tidak juga merasa sakit dan atau terluka parah karena dosa-dosa itu (‘Wahatul Imah’ karya Abdul Humaid al-Bilal).



Fenomena demikian terjadi di sekitar kita. Secara fisik, ia sehat dan bahkan dunia datang kepadanya dengan segala keindahan dan kenikmatannya. Lalu ia tertipu dan terlena olehnya sehingga membuat ia ingkar kepada Allah SWT sehingga hatinya menjadi mati bukan hanya keras, kasar dan gersang saja akan tetapi betul-betul mati.



Ia tidak juga menyadari luka yang telah kronis, lumuran dosa dan kotoran maksiatnya. Ia seperti mayit yang tidak dapat merasakan apapun. Seorang penyair pernah berkata. Bagi yang hina, kesalahan-kesalahan itu biasa sebagaimana mayit tidak merasa sakit jika terluka.



Putih Hitam





Sahabatku... jika engkau berharap hatimu baik, maka dengar dan berjalanlah bersama kehendak dan hasrat yang terdetik dalam hatimu. Turutilah suara hati yang baik dan jauhi yang tidak benar, hasrat-hasrat ke arah maksiat tersebut merupakan tangga menuju kesesatan, bahaya dan fitnah yang dapat menjadikan hati menjadi keras.



Rasulullah SAW bersabda: Fitnah-fitnah itu menimpa hati secara perlahan dan bertahap, maka hati mana yang paling dapat dipengaruhi, maka tertoreh padanya noda hitam, hingga sabdanya: “Sehingga menjadi dua jenis hati; putih seperti sesuatu yang sangat jernih hingga tidak dapat terpengaruh fitnah selama langit dan bumi masih ada. Dan kedua, hitam (dan ini yang paling rentan kena fitnah) ia seperti wadah yang terikat miring, tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang mungkar kecuali sesuai nafsunya.” (HR. Imam Muslim dalam Kitab Fatan, 1990).





Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah mengomentari hadis tersebut dengan ucapannya, fitnah-fitnah yang mengancam dan menimpa hati merupakan penyebab sakitnya hati. Pertama, syahwat, sikap menyimpang, maksiat-maksiat dan kedzaliman. Kedua, fitnah syubhat, kesesatan, bid’ah dan kebodohan. Jenis fitnah pertama berimplikasi pada rusaknya niat dan tujuan, sedang fitnah kedua yang berakibat rusaknya ilmu seseorang serta akidahnya.



Dua Saksi Adil





Memang, hati itu dihinggapi sebuah keinginan, hanya dengan tuntutan al-Qur’an dan as-Sunnah ia dapat tenang dan bening, seperti kata seorang penyair, Setiap hasrat hati timbanglah dulu dengan timbangan syari’at. Jika termasuk yang diperintahkannya, segeralah kerjakan Bila termasuk yang dilarang, itu dari syaitan, segeralah jauhi.



Kini tiba saatnya kita mengukur dan bercermin kaidah tersebut, kita akan mendapati betapa banyak terlintas di benak, nurani dan pikiran kita sejumlah keinginan, hasrat, gagasan dan kemauan untuk kita lakukan, akan tetapi sudahkah kita bersikap dengan sengaja – dengan segala hasrat tersebut – sebagaimana kaidah di atas, yaitu menghadirkan dua saksi adil, yaitu al-Quran dan as-Sunnah kemudian menimbang keselarasannya dengan keduanya.





Jika bersesuaian, kita dengan penuh semangat melakukannya dan bila bertentangan dengannya segera saja kita tinggalkan dan hindari. Sehingga dengan itu,hati kita selamat dan dipenuhi dengan cahaya keimanan dan akhirnya berubah menjadi hati yang jernih dan lembut.



Abu Bakar misalnya, ia seorang yang mudah menangis di saat shalat, maka ia disebut sebagai ‘orang yang hatinya lembut dan peka sehingga bacaan yang dibacanya hampir tak dapat dipahami lantaran tangis dan getar perasaannya yang sangat peka’



Maka peliharalah hatimu sahabatku dari kesesatan dan penyimpangan sesudah jelas bagimu hal itu.

Wednesday, April 20, 2011

Pencucian Otak Secara Psikologis

Pencucian Otak NII Secara PsikologisBeberapa waktu ini sempat heboh beberapa orang yang hilang atau bahkan telah mengalami pencucian otak dengan mengatasnamakan gerakan NII (Negeri Islam Indonesia). Ada beberapa dari mereka yang hilang, melakukan penipuan dan merekrut teman dekatnya untuk bergabung. Bahkan tidak heran kelompok ini sudah mencapai lebih dari dua ratus ribu anggota aktif dari tingkat RT sampai Daerah.
Tidak segan mereka juga membidik anak muda termasuk mahasiswa untuk masuk ke dalam kelompok ini. Salah satu cara yang sempat booming di kalangan media ada “pencucian otak”. Proses pencucian otak sendiri bisa dilakukan dengan cara memberikan sugesti dan merubah pola pikir target mereka.
Teknik pencucian ini sangat sederhana. Jika dilihat dari kajian psikologi maka tidak akan lepas dari beberapa faktor seperti attachment (kedekatan), konformitas kelompok, pencarian identitas, penanaman mindset dan nilai-nilai moral yang mudah diterima, seperti melalui jalan agama.
Pada awalnya mereka merekrut melalui orang terdekat, dimana orang-orang inilah yang memiliki kedekatan secara emosional. Ketika seorang target telah masuk dalam sebuah kelompok maka cara yang sangat mudah merubah mindset adalah dengan memanfaatkan konformitas kelompok. Konformitas kelompok tidak hanya bertindak atau bertingkah laku seperti yang orang lain lakukan tetapi juga terpengaruh bagaimana orang lain bertindak dalam sebuah kelompok.
Beberapa rekayasa bisa dilakukan, seperti membuat sebuah forum diskusi. Dimana sebetulnya, dalam diskusi tersebut ada beberapa orang yang saling mengenal dan sengaja berpendapat yang sama. Sehingga target rekrut tidak akan membantah satu pendapat karena semua anggota dalam diskusi setuju dengan apa yang dibicarakan. Hal ini akan lebih berpengaruh ketika pendapat itu memasukkan nilai-nilai moral yang mudah diterima. Pengaruh dari konformitas kelompok ini akan dapat bekerja dengan mudah.
Bukan hanya konformitas yang digunakan, tetapi bisa juga menggunakan efek dari emosi seseorang. Ketika orang merasa senang atau tertarik, maka secara tidak sadar orang akan lebih mudah menerima sesuatu. Bahkan mereka tidak segan untuk mau melakukannya lagi. Bila dalam sebuah diskusi awal telah membawa hal yang menarik, seru, dan heboh, maka akan terjadi sebuah diskusi yang lebih intens untuk memberikan masukan nilai-nilai dari kelompok di pertemuan berikutnya.
Terikhir, satu hal yang membuat kelompok ini lebih mudah menanamkan nilai-nilai mereka, yaitu melalui kalangan remaja, termasuk mahasiswa. Sebab dalam psikologi perkembangan, mereka masih dalam masa pencarian identitas diri (jati diri). Mereka akan lebih mudah menerima dan masuk dalam sebuah kelompok yang dapat memberikan mereka sebuah keyakinan, sebagai wujud jati diri mereka.
Cara-cara seperti inilah yang sebenarnya juga ada dalam kajian ilmu psikologi. Tidak ada salahnya untuk lebih bersikap kritis dan peka terhadap suatu keadaan, dimana kita dituntut untuk lebih bersikap kritis.

Menata Hati

= Menata Hati =

Hati Lembut Dan Jernih





Ya Rabb, betapa banyak aku telah bermaksiat pada-Mu, namun Engkau tidak juga menghukumku, begitulah penuturan sebagian rahib Bani Israel. Padahal sebenarnya Allah SWT telah banyak memberi hukuman kepadamu, akan tetapi engkau tidak juga menyadari. Sesungguhnya balasan keburukan adalah keburukan yang serupa!, demikian menurut Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam bukunya ‘al-Hasanah wa as-Sayyiah’.



Gersang





Musibah terbesar adalah merasa aman setelah melakukan perbuatan dosa. Padahal sanksi itu tidak diturunkan secara langsung. Siksa terbesar bagi seseorang adalah jika ia tidak dapat menyadari dosa-dosanya, terserabutnya nilai-nilai agama darinya, kerasnya hati, dan salah memilih amal untuk
kepentingan jiwanya. Buah dari itu semua adalah sehat jasmani dan cita-citanya tercapai, akan tetapi hatinya keras dan sakit.



Sebagai contoh, sebagian orang tidak mendapatkan taufiq sehingga tidak menjalankan shalat subuh dalam rentang waktu yang lama. Atau ia teledor dalam menaati kedua orang tuanya, sehingga engkau mendapatinya sebagai orang yang paling durhaka kepada keduanya. Atau engkau melihatnya senantiasa berbuat maksiat atau bahkan telah akrab dengannya, akan tetapi ia tidak juga merasa sakit dan atau terluka parah karena dosa-dosa itu (‘Wahatul Imah’ karya Abdul Humaid al-Bilal).



Fenomena demikian terjadi di sekitar kita. Secara fisik, ia sehat dan bahkan dunia datang kepadanya dengan segala keindahan dan kenikmatannya. Lalu ia tertipu dan terlena olehnya sehingga membuat ia ingkar kepada Allah SWT sehingga hatinya menjadi mati bukan hanya keras, kasar dan gersang saja akan tetapi betul-betul mati.



Ia tidak juga menyadari luka yang telah kronis, lumuran dosa dan kotoran maksiatnya. Ia seperti mayit yang tidak dapat merasakan apapun. Seorang penyair pernah berkata. Bagi yang hina, kesalahan-kesalahan itu biasa sebagaimana mayit tidak merasa sakit jika terluka.



Putih Hitam





Sahabatku... jika engkau berharap hatimu baik, maka dengar dan berjalanlah bersama kehendak dan hasrat yang terdetik dalam hatimu. Turutilah suara hati yang baik dan jauhi yang tidak benar, hasrat-hasrat ke arah maksiat tersebut merupakan tangga menuju kesesatan, bahaya dan fitnah yang dapat menjadikan hati menjadi keras.



Rasulullah SAW bersabda: Fitnah-fitnah itu menimpa hati secara perlahan dan bertahap, maka hati mana yang paling dapat dipengaruhi, maka tertoreh padanya noda hitam, hingga sabdanya: “Sehingga menjadi dua jenis hati; putih seperti sesuatu yang sangat jernih hingga tidak dapat terpengaruh fitnah selama langit dan bumi masih ada. Dan kedua, hitam (dan ini yang paling rentan kena fitnah) ia seperti wadah yang terikat miring, tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang mungkar kecuali sesuai nafsunya.” (HR. Imam Muslim dalam Kitab Fatan, 1990).





Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah mengomentari hadis tersebut dengan ucapannya, fitnah-fitnah yang mengancam dan menimpa hati merupakan penyebab sakitnya hati. Pertama, syahwat, sikap menyimpang, maksiat-maksiat dan kedzaliman. Kedua, fitnah syubhat, kesesatan, bid’ah dan kebodohan. Jenis fitnah pertama berimplikasi pada rusaknya niat dan tujuan, sedang fitnah kedua yang berakibat rusaknya ilmu seseorang serta akidahnya.



Dua Saksi Adil





Memang, hati itu dihinggapi sebuah keinginan, hanya dengan tuntutan al-Qur’an dan as-Sunnah ia dapat tenang dan bening, seperti kata seorang penyair, Setiap hasrat hati timbanglah dulu dengan timbangan syari’at. Jika termasuk yang diperintahkannya, segeralah kerjakan Bila termasuk yang dilarang, itu dari syaitan, segeralah jauhi.



Kini tiba saatnya kita mengukur dan bercermin kaidah tersebut, kita akan mendapati betapa banyak terlintas di benak, nurani dan pikiran kita sejumlah keinginan, hasrat, gagasan dan kemauan untuk kita lakukan, akan tetapi sudahkah kita bersikap dengan sengaja – dengan segala hasrat tersebut – sebagaimana kaidah di atas, yaitu menghadirkan dua saksi adil, yaitu al-Quran dan as-Sunnah kemudian menimbang keselarasannya dengan keduanya.





Jika bersesuaian, kita dengan penuh semangat melakukannya dan bila bertentangan dengannya segera saja kita tinggalkan dan hindari. Sehingga dengan itu,hati kita selamat dan dipenuhi dengan cahaya keimanan dan akhirnya berubah menjadi hati yang jernih dan lembut.



Abu Bakar misalnya, ia seorang yang mudah menangis di saat shalat, maka ia disebut sebagai ‘orang yang hatinya lembut dan peka sehingga bacaan yang dibacanya hampir tak dapat dipahami lantaran tangis dan getar perasaannya yang sangat peka’



Maka peliharalah hatimu sahabatku dari kesesatan dan penyimpangan sesudah jelas bagimu hal itu.

Monday, April 18, 2011

The Biggest Change in My Life – A Sister’s Story!


As salaamu alaykum warahmatuallaah wabarakatuh,
I want to talk to you about my life before and after Hijab. I am a Muslim girl 20 years old from Arabian Gulf " The original place of Islam." I used to believe that hijab is not an important issue. And it's lucking my freedom. So I decided that I would never were Hijab as long as I live. Although my mother wears Hijab but she never convinces my sisters or me to wear it. She thought that you have to believe in it to do it or else you will take it off as soon as we are far away from her. And I think that it might be right in some way.
Or it might make hijab more difficult for us when we get older. It is so hard to get used to something for your whole life and change it at once. It will take you a long time to change your mind. Any way, I used to love to show up specially that I am not bad looking at all. And that was the most difficult part. I used to love to dress up and buy expensive clothes and I loved it when every one was looking and pointing at me. I used to love it when some says "wow! She's beautiful."
After I finished my High school I decided to go to have my degree in the United States. I saw  a thing in there that I have not ever seen before. It is Muslim society and community. It's amazing society with perfect Muslims. They are practicing Islam in a different way that we got used to it. Muslims in Gulf aria have been borne Muslims. Arabs didn't have to ask any questions because every thing is obvious. We didn't have to think about faith and how to believe in God, because we were raised and every one around us is Muslim. We didn't know what's the real Islam and how does it feel to live between all different religious and a mix society. And I just realized that people in Gulf didn't practice pure religion, but they had a mixture between Islam and culture. So many things that I thought it was an Islamic terms turned out to be a culture believe. And they are absolutely wrong aspects. I learned that the pure Islam is not the one that we were raised on which is full of nonsense stuff that we had in our culture since a long time ago. The real Islam is only in Quran and Sunah.
When people in the states find out that I am Muslim, they always ask so many questions about Islam and most the time I can't find an answer to their questions. So I started to go searching and looking in Islamic books and in Internet about Islam "the real thing." I was like someone has not heard any thing about Islam before. I learned so many things that I have not knew.. I started to go to the masjid and sit with so many brothers and sisters talking and discussing Islamic matters. I swear that I have never gone to any masjid in my country or even think about it. Although we had thousands of Masjids back home. All the sisters in the masjids were wearing hijab except me. And they were all Americans except me.  And they wear all broad about it and I respected them so much for that. I started to think about it all the time.
And I started to have so many dreams about me wearing the hijab. I started to have some strange feeling towered my self; I hated it when someone was looking at me. I felt that I was only a picture without a heart or a brain. I finally   decided to go for it and wear the Hijab. It was the best choice I have ever had. For the first time in my life; I felt that I am a strong person. Because  I will go for what I believe in, and I didn't care of what people think of it or how they will look at me.
First day of Hijab was the best. I never felt so good and broad in my whole life of my self as much as I felt in that day. My friends and relatives didn't believe that I could do it. And every one said that I won't keep it for too long. And that maybe one of the things that pushed me to keep it until this day. I had to go through a fight with my self. My self which always loved this life any try to enjoy it as much as I could. Now was time to say stop, and I did. After a while every one started to respect me so much that no one had treat me like that before. Every one believed in me so much because they knew that I am a religious person. And what gave them that expression? It's the Hijab. I can go every where now and no one would look at me as if I was a picture or a dummy. Never the less I still dress up good and put make up when I am with my sisters and that turned out to be more fun.
I believe that Allah demand Hijab to help us and to make our life easier. It builds respect between men and women. Also, it's a matter of  keeping your body to your self or who Allah allowed you to show (mahram). It is also a sign that show that you are Muslim, like in all religious. For example, Jewish wears a small cup on top of their heads and Christians wear a cross. And non of those two feels ashamed to show it to public. No man would think badly about
A woman who is wearing a hijab so that will provide her to fall in mistakes (khateah) or something that is (haram). A person who can wear Hijab is strong enough to do any thing else and to go through any problems that she may face in all life matter. Every one around you will trust you in every thing because you trust your self. Don't you think your body is so important? And don't you think your body is that valuable?  You don't need some one to tell you that you're beautiful because you know that. And you don't need someone to look at you as if you were a beautiful drawing or a picture because you're a human been.
As salaamu alaykum warahmatallaah wabarakatuh..
(please forward this to all the people you know, I want every one to read my story)
May Allah bless you, jazakum allaah khayran

Sunday, April 17, 2011

Masikah Relevan


Kritik Psikologi, Masihkah Relevan?Psikologi adalah ilmu yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan baik dari segi sosial, pendidikan, industri, maupun dari kalangan sebuah keluarga. Walaupun pada kenyataannya psikologi masih banyak mengalami perdebatan dan pertentangan di dalam keilmuwannya sendiri. Seperti halnya kepribadian dan inteligensi yang memang masih terdapat berbagai macam berbedaan teori dan pertentangan, apakah memang kepribadian dan inteligensi bersifat keturunan ataukah dari proses hasil belajar? Bahkan ketika perdebatan ini belum selesai, sudah banyak praktik-praktik psikologi dan penyuluhan psikologi yang memberikan informasi tentang kepribadian dan inteligensi itu sendiri di kalangan masyarakat, yang kenyataannya memang masih diperdebatkan. Kita akan membahas dan memahami apakah memang psikologi masih relevan di tengah pertentangan dan perdebatan yang memang belum selesai sampai saat ini dalam kehidupan bermasyarakat?
Sejarah perkembangan psikologi tidak bisa lepas dari konteks sosial pada saat itu sehingga akan lebih tepat jika perbedaan teori psikologi dikatakan sebagai aliran-aliran psikologi. Dimana dalam kehidupan beragama pun kita memiliki berbagai macam aliran, dalam agama islam misalnya, di Indonesia terdapat berbagai aliran seperti nadhatul ulama, muhammadiah dan lain-lain. Dari kesemuanya itu memiliki pemahaman yang berbeda-beda, tetapi masih satu tujuan dan jalan yang sama dalam berketuhanan.
Bahkan sejarah terbentuknya aliran dalam islam bermula dari berbedaan, begitu juga dengan ilmu psikologi. Bisa dikatakan, memang terjadi ketidaksetujuan dan ketidakpuasan atas suatu aliran tertentu sehingga membentuk aliran baru yang berbeda atau bahkan bertentangan. Walaupun terdapat berbagai aliran dalam ilmu psikologi, semua aliran itu masih dalam satu kajian yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Aliran psikologi tidak bisa dilepaskan dari paradigma yang berpengaruh pada saat itu sehingga tidak bisa diperdebatkan pertentangan teorinya, terutama psikoanalisis dan humanistik yang mencoba keluar dari ranah empiris dan kembali pada sisi filsafat, berbeda dengan strukturalisme yang memang fokus dengan empirisme.
Kembali lagi manakah aliran yang kita pakai dan benar secara keilmuwan untuk diterapkan? Jawabannya adalah semua tergantung, manakah dari berbagai aliran tersebut yang memang sesuai dan menggambarkan keadaan dan situasi budaya, norma, moral dan adat istiadat kita sebagai pelaku budaya. Ketika budaya kita lebih condong untuk melihat kepintaran atau kecerdasan dari banyaknya binatang yang bisa kita buru (budaya suku pedalaman, misalnya) maka itulah yang bisa kita katakan sebagai kecerdasan kita sebagai masyarakat pedalaman. Bahwa kesemuanya itu kembali pada relevansinya terhadap kebudayaan kita. Bagaimana kesesuaian antara teori dan aliran-aliran psikologi dengan kebudayaan kita sebagai masyarakat di Indonesia yang memiliki berbagai macam suku dan budaya.
Ketika kita akan berbicara berbagai macam budaya, jika dikaitkan dengan kajian ilmu psikologi, kita akan kembali membahas tentang “psikologi lintas budaya”. Dimana psikologi lintas budaya adalah studi tentang kesamaan dan perbedaan pada fungsi-fungsi psikologis individu dalam berbagai budaya dan kelompok etnokultural; hubungan antara variabel-variabel psikologis dan sosio-cultural, variabel ekokultural dan biologis dan terjadinya perubahan pada variabel-variabel tersebut (Segall dkk, 2002)
Berdasarkan pengertian di atas kita diharuskan mengetahui perbedaan budaya kita dengan budaya pada saat psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan. Apakah kajian ilmu tersebut sesuai dengan kebudayaan kita ataukah ada berbedaan di dalamnya. Misalkan, ketika kita adalah suku pedalaman yang masih menggunakan cara berburu dalam kehidupan sehari-hari maka berburu bisa menjadi tolak ukur kecerdasan kita sebagai masyarakat pedalaman, bukan dilihat dari bagaimana kecerdasan itu diukur dari bisa dan tidaknya kita menghitung matematika, menjawab soal-soal ujian, menjawab serangkaian tes kecerdasan dan lain-lain.
Bahkan pada saat sekarang ini DSM IV telah menghapus indikasi homoseksual adalah bentuk dari gangguan kejiwaan. Mereka mengatakan bahwa homoseksual adalah normal, kemudian bagaimanakah dengan kita sebagai masyarakat psikologi Indonesia? Apakah kita akan menerimanya mentah-mentah ataukah melihat kembali ke dalam tolak ukur kita sebagai masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan mereka. Kesesuaian teori psikologi dengan kebudayaan kita itulah yang benar-benar harus kita pahami, sehingga teori-teori tersebut adalah teori yang benar-benar relevan dengan kebudayaan dan diri kita sebagai manusia.

Friday, April 15, 2011

scare easy


My love's an ocean
You better not cross it
I've been the distance
And I need some rest
Yeah I had somebody once
And damn if I lost her
I've been running
Like a man possessed

I don't scare easy
Don't fall apart
When I'm under the gun
You can break my heart
And I ain't gonna run
I don't scare easy
For no one

Yeah, I am a loser
At the top of my game
I should have known
To keep an eye on you
Now I got a God
It ain't never the same
Yeah, I got a dream
That don't ever come true

I don't scare easy
Don't fall apart
When I'm under the gun
You can break my heart
But I ain't gonna run
I don't scare easy
For no one

Sun going down
On a canyon wall
I got a soul
That ain't never
Been blessed
Yeah and I'm a shadow
At the back of the hall
Yeah, I got a sin
I ain't never confessed

And I don't scare easy
Don't fall apart
When I'm under the gun
You can break my heart
And I ain't gonna run
I don't scare easy
For no one

fierthink