Sunday, November 13, 2011

Di Atas Sajadah Aku Menanti Separuh Agamaku

Teruntuk bidadariku yg masih misteri dan masih tersimpan begitu indah di dalam penjagaan-Nya hingga indah pada waktunya.

Duhai bintangku…..

Aku ingin mencintaimu dengan sangat sederhana,Sederhana dalam sikap,sederhana

dalam tutur kata,Tak perlulah kau berdusta dalam bersikap,Tak perlulah kau berpura2 mencintaiku bila kau memang tak cinta,Tak perlulah kau,berpura2 menyayangiku bila kau memang tak sayang,Tunjukkan bahwa kau,memang pantas mendampingi hidupku,Tunjukkan bahwa kau memang,permaisuriku seperti orang bilang,Tunjukkan bahwa kau mau berubah,seperti yg aku dan Tuhan mau,Tunjukkan bahwa kau memang separuh nafasku,Yang selalu menghantuiku dulu di setiap malam-malamku,Tunjukkan,bahwa kau memang bidadari surgawi,Yang tercipta untuk,menemani sisa umurku,Bukan bidadari dalam dongeng sebelum tidur,Atau bidadari-bidadari dalam film atau opera van java,Ataupun bidadari di kesunyian miliknya lagu Ahmad dani,Dan akupun tak ingin kau menjadi selir hatiku,Yang harus berpura2 bahagia sangat di depan orang tua kita masing2 Karena cinta yg palsu atau cinta yg bertepuk sebelah tangan

Duhai separuh hidupku….

Aku ingin mencintaimu dengan kelembutan & kedamaian,Selembut sutera,selembut awan,Sedamai - damainya dua angsa yg hidup bahagia di tepi,danau toba,Bukan dengan kekerasan yg hanya akan melahirkan air mata,Atau dgn pukulan atau tamparan yg membuat Tuhan marah padaku,Jujur aku tak bisa memberikanmu intan permata yg di sukai kebanyakan wanita,Atau emas permata juga uang yg banyak yg hanya akan membuatmu semakin lupa daratan.

Lagi pula semua itu tidak menjamin membuat hidupmu bahagia
Malahan hanya akan membuatmu tambah sengsara & menderita saja
Jikalau nafsu yg menguasai & memboncengi angkuhnya hatimu
Karena sesungguhnya kebahagiaan hakikii itu letaknya di hati bukan di materi
Tapi InsyaAllah aku bisa memberikanmu kebahagiaan yg belum pernah kau rasakan dalam sejarah hidupmu

Kebahagiaan yg membuatmu benar2 bisa menjadi seorang wanita yg sesungguhnya,Kebahagiaan yg bisa membuatmu merasa tenang, aman dan tentram di sampingku,Dan InsyaAllah kebahgiaan ini akan abadi sampai kita di pertemukan kembali nanti di akherat kelak dgn ridho-Nya,Asalkan kau mau menjadi istri sekaligus ibu yg baik

Duhai separuh Dienku….

Aku ingin mencintaimu dengan kejujuran,Bukan dengan keterpaksaan atau kepura-puraan,Yang hanya akan melahirkan peperangan kecil & peperangan besar,Dengan di selimuti warna warni tangisan sedih dan sejuta amarah yg tiada guna,Aku ingin kau mencintaiku seperti aku mencintaimu,Aku ingin kau menyayangiku seperti aku menyayangimu,Dan aku ingin kau merindukankku seperti aku merindukanmu

Duhai jantung hatiku……

Aku butuh kejujuranmu di setiap ada masalah,Agar aku bisa menyempurnakan tanggung jawabku sebagai imam nanti,Aku butuh teguranmu di setiap langkah kakiku,Agar aku bisa meluruskan apa yg salah dalam diriku,Aku butuh senyuman manismu bukan senyuman palsumu,Senyuman manis yg membuat aku rindu utk segera pulang ke rumah,Bukan senyuman palsu yg membuat aku mati rasa & tak betah di rumah,Aku butuh canda tawamu di setiap akhir lelah kerjaku,Agar kejenuhan kerjaku terobati dan terlupakan walau sesaat,Aku butuh dukungan dan semangat dari lubuk hatimu,Ketika aku mulai kehilangan arah & tujuan,Aku butuh rasa percayamu bukan rasa curigamu,Ketika aku pulang terlambat,Dan aku butuh senyuman terbaik dan ikhlasmu,Jika suatu saat penghasilanku tak mencukupi kebutuhan satu bulan

Duhai belahan hatiku…..

Ajari aku cara mencintaimu dengan setulus hati,Ajari aku cara menyayangimu dengan sepenuh jiwa,Ajari aku menjadi seorang imam yg baik dalam keluarga,Ajari aku menjadi seorang suami yg baik untukmu,Ajari aku menjadi seorang ayah yg baik bagi anak2 kita nanti,Ajari aku cara berbakti kepada orang tuaku dan orang tuamu,Dan ajari aku juga cara memasak masakan yg enak seperti masakanmu,Agar aku bisa memasak masakan untukmu ketika suatu saat kau sakit,Atau ketika suatu saat kau tak ada di rumah atau kau sedang lelah karna mengandung……..

Dan ingatlah bila suatu saat aku matimTak perlulah kau ikut-ikutan mati untukku
Dan tak perlulah kau terlalu bersedih yg berlebihanmMasih ada Tuhan yg akan selalu setia menemanimu sampai kau tertidur lelap,Karena Dia yg maha kekal yg tak akan pernah mati dan berkesudahan,Dan Dia jugalah yg menciptakan langit & bumi beserta isinya termasuk aku dan kamu

Jangan menangis rembulanku……

Aku selalu di sini ada setia menunggumu hingga tuhan mempertemukan kita berdua di tempat dan waktu yg tepat

Jangan bersedih mentariku……Hidup ini sudah berpasang-pasangan….tetaplah semangat dalam menjalani hari-harimu tanpa aku di sisimu

Jangan gundah pelangiku….Tetaplah berdo’a dan berprasangka baik kepada-Nya
Walau godaan & rayuan selalu menerpaku Walau godaan & rayuan datang silih berganti menghampiriku,Aku akan selalu setia menantikan kehadiranmu

Jangan kecewa dan berputus asa melatiku…..Tuhan tak akan mengecewakan hamba-Nya yg bersungguh-sungguh kepada-Nya

Tetaplah berikhtiar dan berdo’a selalu dalam penantianmuUntukku,untukmu…untuk masa depan kita berdua

Dan jangan nakal cintaku…..Karena setiap perbuatan pasti ada balasannya
Baik kecil maupun besar..baik yg dilakukan terang-terangan atau yg sembunyi-sembunyi

Mungkin saat-saat paling bahagia dalam hidupku nanti adalah,Ketika akhirnya aku menemukanmu,Dan kau ada di sampingku setia menemani hari2ku baik suka maupun duka,Semakin sabar kau menjalani hidup bersamaku
Semakin besar pula rasa cintaku padamu,Semakin tabah dan rajin engkau dalam menjalani hidup bersamaku,Semakin bertambah pula sayangku padamu di setiap detik yg berlalu

Cinta ini tak akan pernah habis untukmu duhai bintangku
Walau bulan terbelah menjadi tujuh sekalipun

Rindu ini tak akan pernah musnah untukmu duhai rembulanku,Walau bumi hancur berkeping-keping,Sayang ini tak akan pernah mati duhai bintangku,Selama kau taat & patuh padaku karena Allah Dan hati ini tak akan berpindah ke lain hati duhai bintangku,Selama kau setia dan tetap menjadi istiri yg baik….

Bungaku….Terkadang cinta tak harus di ungkapkan,Tapi bisa di rasakan keberadaanya Dan terkadang cinta pun tak harus di cari Karena ia akan menghampirimu dgn sepenuh hati Dan sebaik-baik cinta adalah cinta pada Allah Di jamin 100 % hidup kita akan bahagia sangat Karena Dia tidak akan pernah mengecewakan & berhenti mencintai kita Walau kita sering mengecewakan dan melupakan-Nya

Duhai cahaya hatiku...Aku tahu kau merindukan kehadiranku Seperti halnya diriku di sini merindukan kehadiranmu Ku mohon bersabarlah Karena orang sabar di sayang tuhan,Duhai cahaya mataku.....Aku tahu kau pernah memimpikan wujudku Seperti halnya diriku disini pernah memimpikan wujudmu,Basuhlah cantik wajahmu dan mendekatlah pada-Nya,Agar kerinduanmu terobati karena kasih sayang-Nya

Duhai embun pagiku.....Aku tahu kau pernah merasakan kegelisahan mengguncang hatimu,Seperti halnya aku pernah merasakannya di sini,Oleh karenanya tersenyumlah biar harimu penuh warna & makna

Duhai pelangiku.....Pernahkah sekotak rasa membuatmu tak bisa memejamkan mata,Hiburlah diri dgn menyanyikan lagu kesukaanmu,Atau menangislah di malam yg indah,Biar beban hidupmu mengalir wajar apa adanya,Mengalir bagaikan aliran sungai nil

Duhai awan putihku.....

Pernahkah rasa gundah gulana menghalau keyakinanmu Atas ujian dan cobaan yg menimpamu,Menarilah dgn sabar dan bersyukurlah di setiap waktu Karena tuhan tidak akan pernah memberikan ujian & cobaan Di luar kemampuan kita….percayalah….

Duhai angin malam tolong sampaikan padanya,Bahwa penantian & air matanya tidak akan pernah sia-sia,Karena Tuhan selalu bersamanya disaat tidur dan mimpinya Dan menghibur dirinya dgn berbagai cara yg indah Dan Dia tidak akan pernah mengecewakan apalagi meninggalkannya Duhai burung kenari yg manis

Katakan kepadanya bahwa aku tak bisa memberinya sekantong bintang Aku juga tak bisa memberikannya mobil mewah atau rumah yg megah Namun aku hanya mampu memberinya kebahagiaan & ketenangan hati Duhai rintik2 hujan di bulan desember Tolong bisikkan pada telinganya

Agar ia senantiasa selalu menjaga aurat dan kemaluannya,Karena itu adalah perintah agama yg tlah di sempurnakan-Nya,Lagi pula tidak akan pernah mengurangi kecantikannya,Justru malah akan menambah cantik dan anggun wajahnya,Duhai Rembulan malam Tolong bisikkan pada hatinya bahwa aku juga kangen padanya,Sebagaimana dia kangen kepadaku,Mungkin juga dia lebih kangen dariku Karena wanita biasanya lebih pandai menyembunyikan perasaannya Dan semalam pun kunang-kunang bilang padaku

Kau pernah bersedih karena pangeran belum juga menampakkan batang hidungnya

Hmmmm….Ternyata benar apa yg tertulis di awan putih Bahwa hidup berdua itu jauh lebih indah dari pada hidup sendirian

Duhai merpati yg berseri-seri,Tolong sampaikan juga kepadanya,Kalau sedang dandan jangan terlalu berlebihan Yang proporsional sajalah Dan sampaikan pula kepadanya Kalau mandi jangan lama-lama Terkadang aku juga heran sendiri
Kenapa wanita kalau mandi suka lama ya.......;))

Cinta....aku tak butuh anggun lipstikmu Yang kubutuhkan adalah kejujuran hatimu Aku tak butuh janji-janji manismu Yang ku butuhkan adalah kesetiaanmu Di kala aku jauh tak disampingmu Atau kau marah dan bersedih hati,Ketika pd suatu waktu penghasilanku,Tak bisa memenuhi semua inginmu

Cinta.....Aku tak butuh senyum manismu Yang kubuhkan adalah syukurmu pd Ilahi,Atas nikmat yg telah di anugerahkannya pada kita Dikala kita bersama menjalani pahit & manisnya hidup

Cinta.....Aku tak butuh cantik wajahmu,Yang ku butuhkan adalh cantik akhlakmu
Aku tak butuh cinta matimu,Karena cinta mati hanya ada dalam kisah sinetron Namun yang ku butuhkan adalh cinta putihmu

Cinta.....Aku tak mau dengar dusta masa lalumu,Yang hanya akan membuat ku menangis,Seperti bayi kecil yg di tinggal ibunya

Yang aku inginkan adalah jujur masa lalumu padaku,Sebagai cermin bagiku jika suatu saat nanti,Kau berubah menjadi seperti yg tak kukenal

Dan cinta.....Aku ingin masakan buatan tanganmu sendiri,Walau nanti keasinan atau mungkin juga kurang asin,Itu lebih aku hargai dan membuat ku semakin sayang padamu,Dari pada masakanmu enak & gurih namun hasil karya orang lain

Cinta.....Janganlah kau mempertanyakan besarnya cintaku padamu nanti.Karena yg pasti cintaku ini sebesar dunia yg fana ini dan sebanyak bintang di langit

Namun pertanyakanlah seberapa besarkah pengorbananmu untukku,Hingga engkau pantas aku banggakan di depan keluargamu dan keluargaku

Dan juga teman2ku serta cicak di dinding kamarmu yg selalu tersenyum ketika kau narsis di depan cermin

Cinta.....Jangan kau mempertanyakan tingginya sayangku padamu nanti,Karena yg pasti sayangku ini setinggi bintang di langit,Yang kau takkan pernah sanggup untuk mengukurnya,Namun lihatlah kesetiaanku padamu juga canda tawaku,Yang selalu membuat kau rindu pdku di setiap malam2mu

Cinta.....Jika suatu hari nanti aku mendiamkanmu
Jangan kau mempertanyakan diamnya aku kenapa

Karena diamnya aku di kala itu merupakan salah satu bentuk kasih sayangku padamu

Mengapa......................???Karena ku tak mau marah kepadamu ketika kau berbuat salah,Namun kau merasa tak berbuat salah malah merasa benar sendiri Lagi pula marah itu dosa......Oleh karena itu minta maaflah padaku Karena pintu maafku untukmu akan selalu terbuka untukmu,Selama bumi dan mentari mau berteman dgn baik

Cinta.....Jangan kau robek hatiku dgn cerita indah mantan2mu,Yang hanya akan membuat luka dalam & sedih di hatiku,Dalam menjalani kehidupan bersamamu nanti,Cukuplah hanya engkau dan tuhan yang tahu di episode itu
Dan jangan kau bakar hatiku dan kau tikam jantungku Dgn hadiah2 pemberian mantan2mu dulu,Yang masih tersimpan dgn rapi di lemari kesayanganmu Aku ingin kau menyerahkannya padaku jika kau cinta aku,Aku ingin kau mengikhlaskannya jika kau memang sayang kpdku,Biarlah aku berikan kepada orang lain yg lebih membutuhkannya,Sungguh itu jauh lebih aku sukai daripada kau menyimpannya terus menerus,Apalagi sampai kau hadiahkan lagi kepada anak2 kita nanti,Itu sama saja dengan menikam jantungku dari belakang Bukankah yg membuat cocok itu adalah jodoh

Oleh karena itu taatilah aku sebagai suamimu nanti,Selama tak bertentangan dengan agama Dan tegurlah aku bila aku salah baik dalam kata atau perbuatan,Agar aku bisa menjadi pangeran yg engkau mau

Dan bungaku…..Bila akhirnya suatu hari nanti aku menemukanmu,Di tempat dan waktu yg telah di rencanakan-Nya Dan jika benar-benar engkau memang adalah tulang rusukku,Maukah kau hidup bersamaku baik dlam suka maupun duka
Dan menerima apa adanya diriku

Termasuk kekurangan yg ada pada diriku…….?

Duhai cinta....Siapapun dirimu,Dari manapun asalmu,Bagaimanapun rupa fisikmu Dan bagaimanapun keadaanmu,Serta anak siapapun dirimu,Jika memang benar kau adalah bidadariku,JIka memang benar kau adalah jodohku,Jika memang benar kau adalah separuh agamaku,Aku akan mencintai & menyayangimu karena Allah

Dan dengarlah cinta…..Sungguh aku Tak perduli latar belakangmu,Tak perduli masa lalumu,Tak perduli warna kulitmu,Tak perduli berat badanmu,Tak perduli makanan kesukaanmu,Tak perduli warna favoritmu,Tak perduli film kesukaanmu,Tak perduli musik kesukaanmu,Tak perduli pendidikan terakhirmu
Tak perduli nilai merah di STTB mu

Dan aku tak perduli jumlah jerawat yg menghiasi wajahmu,Jika benar engkau memang adalah taqdirku,Jika benar engkau memang adalah separuh agamaku Dan jika benar kau memang adlah tulang rusukku,Aku akan mencintai & menyayangimu karena Allah,Dengan sepenuh hati & setulus jiwa

Duhai Rabb……Ampunilah segala dosa-dosa kami Baik yg dilakukan secara sadar atau tidak sadar,Baik yg dilakukan terang-terang atau sembunyi2,Tuntun selalu kami semua ke jalan lurus-Mu,Dan berilah kami pasangan hidup yg terbaik dunia akherat menurut-Mu…

Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang taqwa.

adab adzan

1. Menjawab Adzan


- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dari Abu Said Al Khudri
إِذَا سَمِعْتُمْ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ
“Apabila kalian mendengar azan, maka jawablah dengan seperti apa yang diucapkan

muazzin.” (HR. Al-Bukhari no. 9 dan Muslim no. 383)

- Dari Muawiah bin Abi Sufyan -radhiallahu anhu- bahwa:
“Tatkala muazzin mengucapkan, ‘HAYYA ALASH SHALAH’ (Marilah melaksanakan shalat) ‘, dia (Muawiah) menjawab, “LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAH’ (Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan izin Allah) ‘. Dia berkata, “Demikianlah kami mendengar Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.” (HR. Al-Bukhari no. 91)


b. Membaca Shalawat untuk Nab Muhammad

Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma dimana beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Apabila kalian mendengarkan adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan mu’adzin kemudian bersholawatlah kepadaku. Karena barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan memberikan shalawat kepadanya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada Allah wasilah karena itu adalah tempat di surga yang tidak layak kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan saya berharap sayalah yang mendapatkannya, maka barangsiapa yang memintakan untukku wasilah niscaya halal syafa’at baginya.“[ HR.Muslim 384].

c. Berdoa setelah adzan

Membaca doa setelah adzan, serperti yang disebutkan dalam hadits, “Barang siapa yang setelah adzan membaca : ( ‘Allahumma rabba hadzihid-da’watit-tammah, was-shalatil-qa-imah, ‘ati Muhammadanil-wasilata wal-fadhilah, wab’atshu maqamam-mahmudanil ladzi wa’adtah : Ya Allah, pemilik seruan yang sempurna ini dan shalat yang wajib didirikan, berilah Nabi Muhammad al-washilah (derajat di surga) dan keutamaan, dan bangkitkan dia sehingga bisa menempati tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan’),maka dia berhak untuk mendapatkan syafaatku pada Hari Kiamat” (HR Bukhari no 614, dari Saad bin Abi Waqash ra).


d.Berdoa diantara Adzan dan Iqamah

Rasulullah saw bersabda ” Doa diantara adzan dan iqamah tidak akan ditolak” (Musnad Imam Ahmad, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi). Hendaklah setiap muslim selalu memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang berharga saat doa tidak akan ditolak.


e. Tidak meninggalkan masjid setelah adzan

Hendaklah orang-orang yang berada di dalam masjid tidak meninggalkan masjid setelah adzan dikumandangkan, kecuali untuk urusan yang penting sekali. Diriwayatkan Abu Hurairah saat melihat seseorang meninggalkan masjid setelah adzan berkumandang, dia berkata “orang ini telah bermaksiat kepada Nabi Muhammad saw” (HR Muslim no 655, dari Abu Hurairah ra).


Beberapa masalah seputar menjawab:

a. Jika seseorang mendengar azan dari dua masjid atau lebih, maka:
1. Jika dia bisa menjawab azan dari kedua masjid tersebut maka itu yang lebih utama.
2. Jika tidak bisa maka dia bisa memilih salah satu dari keduanya, utamanya menjawab azan masjid yang terdekat dengannya atau dimana dia akan mengerjakan shalat.

b. Tidak disyariatkan menjawab azan dari selain muazzin untuk shalat, misalnya sedang diadakan lomba azan atau azannya hanya berupa rekaman suara seperti yang ada pada televisi dan radio.

c. Barangsiapa yang mendengar azan sementara dia dalam wc atau sedang shalat sunnah atau sedang dalam keadaan yang tidak memungkinkan baginya untuk menjawab azan, maka dia mengundurkan menjawab azannya hingga selesai pekerjaannya, berdasarkan keumuman hadits Abu Said di atas, wallahu a’lam.tAl-Khudri

e. Kecuali jika dia masuk masjid pada hari jumat sementara azan dikumandangkan dan imam sudah duduk di atas mimbar, maka disunnahkan bagi dia untuk shalat tahiyatul masjid terlebih dahulu karena mendengarkan khutbah hukumnya wajib. Demikian disebutkan dalam Al-Inshaf (1/427).

Copy dari banyak sumber

Wednesday, November 9, 2011

Hal-Hal Yang Menghapus Dosa

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan

kepada baginda Rasulullah Muhammad saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

Di antara hikmah Allah SWT adalah bahwa Dia menjadikan nafsu Ammarah bissu’ bagi manusia sebagai musuh-musuh yang selalu menggodanya dan mendorongnya untuk melakukan dosa serta agar dosa itu menjadi enteng dalam pandangannya dan menjauhkannya dari kebaikan. Itulah kerja nafsu Ammarah bissu’, setan dan hawa nafsu.

Allah SWT berfirman:
إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي
“…karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku”. (QS. Yusuf: 53)

Allah SWT berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (QS. Al-Nazi’at: 40-41)

Allah SWT berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (17)kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-A’rof: 16-17.)

Allah SWT berfirman: أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?. (QS. Al-Furqon: 43.)

Di antara wujud kasih sayang Allah SWT bagi para hamba -Nya adalah bahwa Dia menyiapkan bagi mereka perkara-perkara yang bisa menghapuskan dosa-dosa mereka dan menghilangkannya.

Semua perkara yang menghapuskan dosa-dosa ini dan menghilangkannya adalah perkataan, perbuatan yang disyari’atkan oleh Allah SWT di dalam kitab -Nya atau dengan lisan Rasul -Nya Muhammad saw:

Di antara perbuatan itu adalah:

Pertama: Beriman kepada Allah SWT, mentauhidkannya dan beramal shaleh.

Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 7)

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad Muhammad saw bersabda, “Pintu-pitu surga dibuka pada hari senin dan kamis, lalu Allah mengampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.

Kedua: Menjauhi dosa-dosa besar.

Allah SWT berfirman:
إِن تَجْتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلاً كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. Al-Nisa’: 31)

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Shalat lima waktu, jum’at yang satu kepada jum’at yang lain, Ramadhan yang satu dengan ramadhan yang lain adalah penghapus dosa selama dosa-dosa besar dijauhi”.

Ketiga: Taubat yang benar-benar taubat.

Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah )membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya. (69)(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (70)kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Furqon: 68-70).

Keempat: Istigfar.

Allah SWT berfirman:
وَاسْتَغْفِرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا
dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Nisa’: 106)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Zaid RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Barangasiapa yang mengucapkan,
أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه
(Aku meminta ampun kepada Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Dia, Yang Maha Hidup dan berdiri sendiri dan aku memohon taubat kepada -Nya). Maka dia akan diampuni dosa-dosanya sekalipun dia berlari dari peperangan”.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Dzar RA bahwa Nabi menceritakan tentang firman Tuhannya bahwa Dia berfirman: Wahai hambaKu sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa dan kesalahan baik pada waktu siang atau malam, dan Aku mengampuni semua dosa-dosamu, maka mintalah ampun kepadaKu niscaya Aku pasti mengampunimu”.

Kelima: Berwudhu’.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Humron, budak Utsman bin Affan RA berkata, “Aku memberikan Utsman air untuk berwudhu’ lalu dia berwudhu’ dengannya, kemudian dia berkata, “Sesungguhnya banyak masyarakat yang mempertanyakan sesuatu yang datangnya dari Rasulullah SAW namun aku tidak mengetahui dari manakah sumber hadits tersebut?. Hanya saja aku pernah melihat Rasulullah Muhammad SAW berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian dia berkata, “Barangsiapa yang berwudhu’ dengan cara seperti ini maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan perjalanannya menuju mesjid terhitung sebagai pahala tambahan baginya”.

Keenam: Shalat, berjalan menuju shalat.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan terhadap sesuatu yang bisa menghapus kesalahan dan mengangkat derajat?. Para shahabat menjwab: “tentu, wahai Rasulullah!”. Beliau menjawab, “Menyempurnakan wudhu’ pada tempat-tempat anggota wudhu’, memperbanyak langkah menuju mesjid dan menunggu shalat setelah adzan, maka jagaan amalan tersebut (seperti pasukan yang menjaga perbatasan Negara)”.

Ketujuh: Bersedekah.

Allah SWT berfirman:
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 271)

Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi di dalam kitab sunannya dari hadits riwayat Muazd bin Jabal RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidakkah aku menunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?. Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebgaimana air memadamkan api”.

Kedelapan: Haji dan Umroh.

Diriwayatkan oleh An-Nasa’I dari hadits Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Laksanakanlah haji dan Umroh, sebab dia menghapuskan dosa-dosa, kesalahan sebagaimana pandai besi yang menghapuskan karatan besi”.

Kesembilan: Musibah yang menimpa.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA berkata: Pada saat turunnya firman Allah SWT: مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (QS. An-Nisa’: 132). Maka kaum muslimin merasakan kesulitan yang sangat tinggi, dan Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berbuatlah yang mendekati kebenaran dan berbuatlah yang benar, maka pada setiap apapun yang menimpa seorang muslim sebagai penghapus bagi dosa-dosanya, bahkan musibah yang menimpanya atau duri yang menusuknya (sebagai penghapus dosa baginya)”.

Kesepuluh: Beribadah pada malam-malam bulan Ramadhan.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka dia akan diampuni dosa-dosa yang pernah lalu”. Dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Barangsiapa yang bangkit untuk beribadah pada masa-masa Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka akan diampunkan baginya dosa-dosa yang telah lalu”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

Keutama'an Shalat Subuh

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan

kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.

Amma Ba’du:

Seusungguhnya nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita tidak terhitung dan tidak terhingga. Allah SWT berfirman:

وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. (QS. Ibrahim: 34)

Allah SWT berfirman:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), (QS. Al-Nahl: 53). Di antara nikamat yang diberikan oleh Allah SWT adalah nikmat tidur yang telah disebut oleh Allah SWT pada hamba -Nya. Allah SWT berfirman:

وَمِن رَّحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan karena rahmat -Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia -Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada -Nya. (QS. Al-Qoshos: 73).

Allah SWT berfirman: وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا

“dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, (QS. Al-Naba: 9)

Maka beristirahatnya seorang muslim beberapa jam dari malam setelah bekerja secara kontinyu akan membantu kehidupannya dan akan menstabilkan perkembangan dan kreatifitasnya, agar dia selalu mampu menunaikan segala tugas yang berikan oleh Allah SWT sebagai tujuan penciptaannya. Di antara tugas ini adalah menjalankan shalat fajar secara berjama’ah di mesjid, dan dia adalah shalat yang memiliki nilai keutamaan yang tinggi. Aku akan mengetengahkan kehadapanmu beberapa kabar gembira dan keutamaan agung yang diberikan kepada orang yang menunaikan shalat fajar secara berjama’ah:

Pertama: Dia berada di dalam penjagaan Allah SWT, atau jaminan Allah SWT, pengawasan -Nya dan pemeliharaan Allah SWT di dunia dan akherat. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jundub bin Abdullah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada di dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menuntut kamu dengan sesuatu yang berada di dalam jaminan -Nya, sebab barangsiapa yang dituntut oleh Allah dengan sesuatu dari apa yang ada pada jaminan -Nya maka dia pasti akan merasakan akibatnya, lalu Allah akan mencampakkan dia di atas wajahanya di dalam neraka Jahannam”.[1]

Kedua: Menjalankan shalat fajar akan menyelamatkan seseorang dari api neraka. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ammarah bin Ruwaibah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan pernah masuk neraka orang yang menjalankan shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum tenggelamnya, yaitu shalat fajar dan asar”.[2]

Ketiga: Menjalankan shalat fajar sebagai sebab masuk surga. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Musa Al-Asya’ari bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka dia akan masuk surga”.[3]

Keempat: Malaikat menyaksikan shalat ini. Allah SWT berfirman:

وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

“…dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS. Al-Isro’: 78)

Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Saling berdatangan menghampiri kalian malaikat malam dan malaikat siang, lalu mereka berkumpul pada shalat fajar dan asar, kemudian naiklah malaikat yang mendatangi kalian pada waktu malam, lalu Allah SWT bertanya kepada mereka dan Dia Maha Mengetahui tentang keadaan mereka: Bagaimanakah kalian meninggalkan hamba-hamba -Ku?. Maka mereka berkata: Kami meninggalkan mereka dalam keadaan mendirikan shalat dan mendatangi mereka dalam keadaan mendirikan shalat”.[4]

Kelima: Orang yang mendirikan shalat fajar akan mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab sunannya dari Sahl bin Sa’d Al-Sa’idi bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berikanlah kabar gembira bagi mereka yang berjalan pada kegelapan menuju mesjid bahwa mereka mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat”.[5]

Keenam: Akan ditulis baginya bangun semalam suntuk. Diriwayatkan oleh Muslim dari Utsman bin Affan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat isya’ secara berjama’ah maka sungguh dia seakan-akan bangun setengah malam dan barangsiapa yang shalat subuh secara berjama’ah maka seakan-akan dia shalat semalam suntuk”.[6]

Ketujuh: Aman dari sifat kemunafikan. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat isya dan shalat fajar, seandainya mereka mengetahui keutamaan yang terdapat padanya niscaya mereka pasti mendatanginya dengan cara merangkak, sungguh aku ingin untuk mendirikan shalat, kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk mengimami shalat, kemudian aku pergi bersama sekelompok orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat berjama’ah untuk membakar rumah mereka dengan api”.[7]

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Mas’ud RA berkata: Sungguh aku telah melihat dari golongan kami dan tidaklah ada orang yang meninggalkan shalat jama’ah kecuali orang yang munafiq, yang telah diketahui kemunafiqannya. Sungguh seorang lelaki dibawa menuju shalat jama’ah dengan diapit di antara dua lelaki sehingga dia bisa tegak di dalam shaf”.[8]

Ibnu Umar berkata: Sungguh apabila kita tidak melihat seseorang menghadiri shalat isya’ dan fajar maka kami berprasangka buruk terhadapnya”.[9]

Kedelapan: Dua rekaat sebelum fajar lebih baik dari dunia dan seisinya. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Aisyah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dua rekaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya”.[10]

Kalaulah sunnah fajar saja lebih baik dari dunia dan seisinya, berupa harta, istana, sungai-sungai, istri-istri dan lain-lain baik segala kebutuhan yang disenangi manusia dan kelezatannya, lalu bagaimanakah dengan shalat fajar itu sendiri?.

Kesembilan: Melihat Allah SWT, dan inilah tujuan utama yang dikejar oleh mereka yang berusaha dengan bersungguh-sungguh dan manusia berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Jarir Al-Bajali RA berkata: Kami di sisi Nabi Muhammad SAW dan pada suatu malam beliau melihat ke arah bulan purnama lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian mampu melihat bulan purnama ini, kalian tidak akan merasa susah melihatnya, seandainya kalian mampu untuk tidak dikalahkan dalam melaksanakan shalat sebelum terbit dan sebelum tenggelamnya matahari, maka lakukanlah, kemudian beliau membaca sebuah ayat:

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ

“…dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (nya)”. (QS. Qaf: 39[11])

Kesepuluh: Orang yang selalu menjaga shalat fajar adalah orang yang paling baik dalam kehidupannya, orang yang paling kreatif, dan berhati paling lembut. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setan mengikat tengkuk kepala salah seorang di antara kalian pada saat tidurnya dengan tiga ikatan, dia memukul setiap ikatan dengan mengatakan bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Lalu apabila dia bangun dan menyebut nama Allah maka terlepaslah satu ikatan, lalu jika dia berwudhu’ maka terlepaslah ikatan ke dua, dan jika dia mendirikan shalat maka terlepaslah ikatan yang ketiga, maka dia akan mengawali pagi dengan jiwa yang kreatif dan berjiwa baik, namun jika tidak maka dia akan menjadi berjiwa buruk dan pemalas”.[12]

Terdapat banyak riwayat yang melarang meremehkan shalat fajar. Di antara riwayat tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Sungguh aku ingin untuk mendirikan shalat, kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk mengimami shalat, kemudian aku pergi bersama sekelompok orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat berjama’ah untuk membakar rumah mereka dengan api”.[13]

Sebagian ulama berkata; Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tidak ingin melakukan hal yang demikian itu kecuali karena orang yang meninggalkan shalat jama’ah ini telah melakukan dosa yang agung dan kesalahan yang besar.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud berkata: Disebutkan di sisi Nabi Muhammad SAW seorang lelaki yang tertidur pada waktu malamnya hingga pagi harinya, maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “Itulah lelaki yang dikencingi oleh setan pada kedua telinganya atau beliau bersabda: Pada telinganya”.[14]

Cukup itu sebagai kerugian dan kekecewaan serta keburukan.

Di antara akibat meremehkan shalat subuh secara berjama’ah adalah dihadapkannya seseorang pada ancaman siksa Allah SWT di dalam kuburnya dan di hari kiamat. Allah SWT berfirman:

فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS. Maryam: 59)

Di dalam shahihul Bukhari di dalam kisah mimpi Nabi Muhammad SAW yang panjang, disebutkan di dalam kisah tersebut bahwa seorang lelaki yang memecah kepalanya dengan sebuah batu, lalu Nabi Muhammad SAW bertanya tentang masalah itu maka dikatakan kepadanya, “Itulah orang yang mengambil Al-Qur’an lalu menolaknya dan tertidur dari melaksanakan shalat yang diwajibkan”.[15]

Dan majlis fatwa ulama Saudi Arabia ditanyakan (fatwa nomor: 5130) tentang seseorang yang tidak shalat subuh kecuali setelah matahari terbit, bagaimanakah hukum shalatnya?. Apakah hal itu akan memberikan pengaruh pada puasanya?. Maka jawabannya adalah: jika dia meninggalkan shalat subuh bukan karena ketiduran atau lupa namun hanya karena kemalasan sehingga mengerjakannya setelah matahari terbit maka dia telah kufur dengan kekufuran yang besar, berdasarkan pendapat yang shahih dari perkataan para ulama. Berdasarkan pendapat ini maka puasanya tidak sah.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

Hukum Shalat Berjama'ah Bagi Wanita

Shalat berjamaah di masjid merupakan perkara yang lazim. Namun sesungguhnya Islam telah mengatur hal-hal khusus bagi wanita. Dan bagaimana Islam menyikapi kondisi saat ini di mana para wanita datang ke masjid dengan bersolek dan membuka auratnya? Simak bahasan berikut.

Sejak zaman nubuwwah, kehadiran wanita untuk shalat berjamaah di masjid bukanlah

sesuatu yang asing. Hal ini kita ketahui dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kata beliau:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengakhirkan shalat ‘Isya hingga ‘Umar berseru memanggil beliau seraya berkata: ‘Telah tertidur para wanita dan anak-anak [1]. Maka keluarlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berkata kepada orang-orang yang hadir di masjid:
“Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menanti shalat ini selain kalian.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 566 dan Muslim no. 638)

Aisyah radhiyallahu ‘anha juga berkata:
“Mereka wanita-wanita mukminah menghadiri shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berselimut dengan kain-kain mereka. Kemudian para wanita itu kembali ke rumah-rumah mereka seselesainya dari shalat tanpa ada seorang pun yang mengenali mereka karena masih gelap.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 578 dan Muslim no. 645)

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menceritakan: “Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para wanita yang ikut hadir dalam shalat berjamaah, selesai salam segera bangkit meninggalkan masjid pulang kembali ke rumah mereka. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan jamaah laki-laki tetap diam di tempat mereka sekedar waktu yang diinginkan Allah. Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangkit, bangkit pula kaum laki-laki tersebut.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 866, 870)

Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Aku berdiri untuk menunaikan shalat dan tadinya aku berniat untuk memanjangkannya. Namun kemudian aku mendengar tangisan bayi, maka aku pun memendekkan shalatku karena aku tidak suka memberatkan ibunya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 868)

Beberapa hadits di atas cukuplah menunjukkan bagaimana keikutsertaan wanita dalam shalat berjamaah di masjid. Lalu sekarang timbul pertanyaan, apa hukum shalat berjamaah bagi wanita?

Dalam hal ini wanita tidaklah sama dengan laki-laki. Dikarenakan ulama telah sepakat bahwa shalat jamaah tidaklah wajib bagi wanita dan tidak ada perselisihan pendapat di kalangan mereka dalam permasalahan ini.

Ibnu Hazm rahimahullah berkata (Al-Muhalla, 3/125): “Tidak diwajibkan bagi kaum wanita untuk menghadiri shalat maktubah (shalat fardhu) secara berjamaah. Hal ini merupakan perkara yang tidak diperselisihkan (di kalangan ulama).” Beliau juga berkata: “Adapun kaum wanita, hadirnya mereka dalam shalat berjamaah tidak wajib, hal ini tidaklah diperselisihkan. Dan didapatkan atsar yang shahih bahwa para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat di kamar-kamar mereka dan tidak keluar ke masjid.” (Al-Muhalla, 4/196)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan: “Telah berkata teman-teman kami bahwa hukum shalat berjamaah bagi wanita tidaklah fardhu ‘ain tidak pula fardhu kifayah, akan tetapi hanya mustahab (sunnah) saja bagi mereka.” (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, 4/188)

Ibnu Qudamah rahimahullah juga mengisyaratkan tidak wajibnya shalat jamaah bagi wanita dan beliau menekankan bahwa shalatnya wanita di rumahnya lebih baik dan lebih utama. (Al-Mughni, 2/18)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah bersabda kepada para wanita:
“Shalatnya salah seorang di makhda’-nya (kamar khusus yang digunakan untuk menyimpan barang berharga) lebih utama daripada shalatnya di kamarnya. Dan shalatnya di kamar lebih utama daripada shalatnya di rumahnya. Dan shalatnya di rumahnya lebih utama daripada shalatnya di masjid kaumnya. Dan shalatnya di masjid kaumnya lebih utama daripada shalatnya bersamaku.” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah, hal. 155)

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
“Jangan kalian mencegah hamba-hamba perempuan Allah dari shalat di masjid-masjid-Nya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 990 dan Muslim no. 442)

Dalam riwayat Abu Dawud (no. 480) ada tambahan:
“meskipun rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 576 dan dalam Al-Misykat no. 1062)

Dalm Nailul Authar, Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata setelah membawakan hadits di atas: “Yakni shalat mereka di rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka daripada shalat mereka di masjid-masjid, seandainya mereka mengetahui yang demikian itu. Akan tetapi mereka tidak mengetahuinya sehingga meminta ijin untuk keluar berjamaah di masjid, dengan keyakinan pahala yang akan mereka peroleh dengan shalat di masjid lebih besar. Shalat mereka di rumah lebih utama karena aman dari fitnah, yang menekankan alasan ini adalah ucapan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika melihat para wanita keluar ke masjid dengan tabarruj dan bersolek.”[2] (Nailul Authar, 3/168)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah setelah menyebutkan hadits: “meskipun rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”, menyatakan dalam salah satu fatwanya: “Hadits ini memberi pengertian bahwa shalat wanita di rumahnya lebih utama. Jika mereka (para wanita) berkata: ‘Aku ingin shalat di masjid agar dapat berjamaah.’ Maka akan aku katakan: ‘Sesungguhnya shalatmu di rumahmu lebih utama dan lebih baik.’ Hal ini dikarenakan seorang wanita akan terjauh dari ikhtilath (bercampur baur tanpa batas) bersama lelaki lain sehingga akan menjauhkannya dari fitnah.” (Majmu’ah Durus Fatawa, 2/274)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah juga mengatakan: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda demikian sementara beliau berada di Madinah dan kita tahu shalat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan dan nilai lebih. Akan tetapi karena shalat wanita di rumahnya lebih tertutup baginya dan lebih jauh dari fitnah maka hal itu lebih utama dan lebih baik.” (Al-Fatawa Al-Makkiyyah, hal. 26-27, sebagaimana dinukil dalam Al-Qaulul Mubin fi Ma’rifati maa Yuhammul Mushallin, hal. 570)

Dari keterangan di atas, jelaslah bagi kita akan keutamaan shalat wanita di rumahnya. Setelah ini mungkin timbul pertanyaan di benak kita: Apakah shalat berjamaah yang dilakukan wanita di rumahnya masuk dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Shalat berjamaah dibandingkan shalat sendiri lebih utama dua puluh lima (dalam riwayat lain: dua puluh tujuh derajat)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 645, 646 dan Muslim no. 649, 650)

Dalam hal ini Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullah menegaskan bahwa keutamaan 25 atau 27 derajat yang disebutkan dalam hadits khusus bagi shalat berjamaah di masjid dikarenakan beberapa perkara yang tidak mungkin didapatkan kecuali dengan datang berjamaah di masjid. (Fathul Bari, 2/165-167)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah meriwayatkan akan hal ini dalam sabdanya:
“Shalat seseorang dengan berjamaah dilipat gandakan sebanyak 25 kali lipat bila dibandingkan shalatnya di rumahnya atau di pasar. Hal itu dia peroleh dengan berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia keluar menuju masjid dan tidak ada yang mengeluarkan dia kecuali semata untuk shalat. Maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah melainkan diangkat baginya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan. Tatkala ia shalat, para malaikat terus menerus mendoakannya selama ia masih berada di tempat shalatnya dengan doa: “Ya Allah, berilah shalawat atasnya. Ya Allah, rahmatilah dia.” Terus menerus salah seorang dari kalian teranggap dalam keadaan shalat selama ia menanti shalat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 647 dan Muslim no. 649)

Dengan demikian, shalat jamaah wanita di rumahnya tidak termasuk dalam keutamaan 25 atau 27 derajat, akan tetapi mereka yang melakukannya mendapatkan keutamaan tersendiri, yaitu shalat mereka di rumahnya, secara sendiri ataupun berjamaah, lebih utama daripada shalatnya di masjid, wallahu a’lam.

Sunday, November 6, 2011

shalat idul fitri dan idul adha



Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang meniti jalan mereka hingga

akhir zaman.

Berikut adalah panduan ringkas dalam shalat ‘ied, baik shalat ‘Idul Fithri atau pun ‘Idul Adha. Yang kami sarikan dari beberapa penjelasan ulama. Semoga bermanfaat.


Hukum Shalat ‘Ied
Menurut pendapat yang lebih kuat, hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan yang dalam keadaan mukim[1]. Dalil dari hal ini adalah hadits dari Ummu ‘Athiyah, beliau berkata,

أَمَرَنَا – تَعْنِى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- – أَنْ نُخْرِجَ فِى الْعِيدَيْنِ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَأَمَرَ الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beanjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.“[2]

Di antara alasan wajibnya shalat ‘ied dikemukakan oleh Shidiq Hasan Khon (murid Asy Syaukani).[3]

Pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus melakukannya.

Kedua: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah kaum muslimin untuk keluar rumah untuk menunaikan shalat ‘ied. Perintah untuk keluar rumah menunjukkan perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied itu sendiri bagi orang yang tidak punya udzur. Di sini dikatakan wajib karena keluar rumah merupakan wasilah (jalan) menuju shalat. Jika wasilahnya saja diwajibkan, maka tujuannya (yaitu shalat) otomatis juga wajib.

Ketiga: Ada perintah dalam Al Qur’an yang menunjukkan wajibnya shalat ‘ied yaitu firman Allah Ta’ala,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2). Maksud ayat ini adalah perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied.

Keempat: Shalat jum’at menjadi gugur bagi orang yang telah melaksanakan shalat ‘ied jika kedua shalat tersebut bertemu pada hari ‘ied. Padahal sesuatu yang wajib hanya boleh digugurkan dengan yang wajib pula. Jika shalat jum’at itu wajib, demikian halnya dengan shalat ‘ied. –Demikian penjelasan Shidiq Hasan Khon yang kami sarikan-.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Pendapat yang menyatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim lebih kuat daripada yang menyatakan bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah (wajib bagi sebagian orang saja). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah sunnah (dianjurkan, bukan wajib), ini adalah pendapat yang lemah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan untuk melakukan shalat ini. Lalu beliau sendiri dan para khulafaur rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali, -pen), begitu pula kaum muslimin setelah mereka terus menerus melakukan shalat ‘ied. Dan tidak dikenal sama sekali kalau ada di satu negeri Islam ada yang meninggalkan shalat ‘ied. Shalat ‘ied adalah salah satu syi’ar Islam yang terbesar. … Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi keringanan bagi wanita untuk meninggalkan shalat ‘ied, lantas bagaimana lagi dengan kaum pria?”[4]

Waktu Pelaksanaan Shalat ‘Ied

Menurut mayoritas ulama –ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Hambali-, waktu shalat ‘ied dimulai dari matahari setinggi tombak[5] sampai waktu zawal (matahari bergeser ke barat).[6]

Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengakhirkan shalat ‘Idul Fitri dan mempercepat pelaksanaan shalat ‘Idul Adha. Ibnu ‘Umar yang sangat dikenal mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar menuju lapangan kecuali hingga matahari meninggi.”[7]

Tujuan mengapa shalat ‘Idul Adha dikerjakan lebih awal adalah agar orang-orang dapat segera menyembelih qurbannya. Sedangkan shalat ‘Idul Fitri agak diundur bertujuan agar kaum muslimin masih punya kesempatan untuk menunaikan zakat fithri.[8]

Tempat Pelaksanaan Shalat ‘Ied

Tempat pelaksanaan shalat ‘ied lebih utama (lebih afdhol) dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan. Abu Sa’id Al Khudri mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى

“Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah lapang.“[9]

An Nawawi mengatakan, “Hadits Abu Sa’id Al Khudri di atas adalah dalil bagi orang yang menganjurkan bahwa shalat ‘ied sebaiknya dilakukan di tanah lapang dan ini lebih afdhol (lebih utama) daripada melakukannya di masjid. Inilah yang dipraktekkan oleh kaum muslimin di berbagai negeri. Adapun penduduk Makkah, maka sejak masa silam shalat ‘ied mereka selalu dilakukan di Masjidil Haram.”[10]

Tuntunan Ketika Hendak Keluar Melaksanakan Shalat ‘Ied

Pertama: Dianjurkan untuk mandi sebelum berangkat shalat. Ibnul Qayyim mengatakan, “Terdapat riwayat yang shahih yang menceritakan bahwa Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mandi pada hari ‘ied sebelum berangkat shalat.”[11]

Kedua: Berhias diri dan memakai pakaian yang terbaik. Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar ketika shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha dengan pakaiannya yang terbaik.”[12]

Ketiga: Makan sebelum keluar menuju shalat ‘ied khusus untuk shalat ‘Idul Fithri.

Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.”[13]

Hikmah dianjurkan makan sebelum berangkat shalat Idul Fithri adalah agar tidak disangka bahwa hari tersebut masih hari berpuasa. Sedangkan untuk shalat Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging qurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah shalat ‘ied.[14]

Keempat: Bertakbir ketika keluar hendak shalat ‘ied. Dalam suatu riwayat disebutkan,

كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ فَيُكَبِّر حَتَّى يَأْتِيَ المُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْر

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari raya ‘Idul Fithri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.”[15]

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berangkat shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Al Fadhl bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin’Abbas, ‘Ali, Ja’far, Al Hasan, Al Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Ayman bin Ummi Ayman, mereka mengangkat suara membaca tahlil (laa ilaha illallah) dan takbir (Allahu Akbar).”[16]

Tata cara takbir ketika berangkat shalat ‘ied ke lapangan:

[1] Disyari’atkan dilakukan oleh setiap orang dengan menjahrkan (mengeraskan) bacaan takbir. Ini berdasarkan kesepakatan empat ulama madzhab.[17]

[2] Di antara lafazh takbir adalah,

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

“Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya)” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa lafazh ini dinukil dari banyak sahabat, bahkan ada riwayat yang menyatakan bahwa lafazh ini marfu’ yaitu sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.[18]

Syaikhul Islam juga menerangkan bahwa jika seseorang mengucapkan “Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar“, itu juga diperbolehkan.[19]

Kelima: Menyuruh wanita dan anak kecil untuk berangkat shalat ‘ied. Dalilnya sebagaimana disebutkan dalam hadits Ummu ‘Athiyah yang pernah kami sebutkan. Namun wanita tetap harus memperhatikan adab-adab ketika keluar rumah, yaitu tidak berhias diri dan tidak memakai harum-haruman.

Sedangkan dalil mengenai anak kecil, Ibnu ‘Abbas –yang ketika itu masih kecil- pernah ditanya, “Apakah engkau pernah menghadiri shalat ‘ied bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Ia menjawab,

نَعَمْ ، وَلَوْلاَ مَكَانِى مِنَ الصِّغَرِ مَا شَهِدْتُهُ

“Iya, aku menghadirinya. Seandainya bukan karena kedudukanku yang termasuk sahabat-sahabat junior, tentu aku tidak akan menghadirinya.”[20]

Keenam: Melewati jalan pergi dan pulang yang berbeda. Dari Jabir, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘ied, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.“[21]

Ketujuh: Dianjurkan berjalan kaki sampai ke tempat shalat dan tidak memakai kendaraan kecuali jika ada hajat. Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.“[22]

Tidak Ada shalat Sunnah Qobliyah ‘Ied dan Ba’diyah ‘Ied

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar pada hari Idul Adha atau Idul Fithri, lalu beliau mengerjakan shalat ‘ied dua raka’at, namun beliau tidak mengerjakan shalat qobliyah maupun ba’diyah ‘ied.“[23]

Tidak Ada Adzan dan Iqomah Ketika shalat ‘Ied

Dari Jabir bin Samuroh, ia berkata,

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ.

“Aku pernah melaksanakan shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada adzan maupun iqomah.”[24]

Ibnul Qayyim mengatakan, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai ke tempat shalat, beliau pun mengerjakan shalat ‘ied tanpa ada adzan dan iqomah. Juga ketika itu untuk menyeru jama’ah tidak ada ucapan “Ash Sholaatul Jaam’iah.” Yang termasuk ajaran Nabi adalah tidak melakukan hal-hal semacam tadi.”[25]

Tata Cara shalat ‘Ied

Jumlah raka’at shalat Idul Fithri dan Idul Adha adalah dua raka’at. Adapun tata caranya adalah sebagai berikut.[26]

Pertama: Memulai dengan takbiratul ihrom, sebagaimana shalat-shalat lainnya.

Kedua: Kemudian bertakbir (takbir zawa-id/tambahan) sebanyak tujuh kali takbir -selain takbiratul ihrom- sebelum memulai membaca Al Fatihah. Boleh mengangkat tangan ketika takbir-takbir tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh Ibnu ‘Umar. Ibnul Qayyim mengatakan, “Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat tangannya dalam setiap takbir.”[27]

Ketiga: Di antara takbir-takbir (takbir zawa-id) yang ada tadi tidak ada bacaan dzikir tertentu. Namun ada sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Di antara tiap takbir, hendaklah menyanjung dan memuji Allah.”[28] Syaikhul Islam mengatakan bahwa sebagian salaf di antara tiap takbir membaca bacaan,

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي

“Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku).” Namun ingat sekali lagi, bacaannya tidak dibatasi dengan bacaan ini saja. Boleh juga membaca bacaan lainnya asalkan di dalamnya berisi pujian pada Allah Ta’ala.

Keempat: Kemudian membaca Al Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat lainnya. Surat yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah surat Qaaf pada raka’at pertama dan surat Al Qomar pada raka’at kedua. Ada riwayat bahwa ‘Umar bin Al Khattab pernah menanyakan pada Waqid Al Laitsiy mengenai surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri. Ia pun menjawab,

كَانَ يَقْرَأُ فِيهِمَا بِ (ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ) وَ (اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ)

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca “Qaaf, wal qur’anil majiid” (surat Qaaf) dan “Iqtarobatis saa’atu wan syaqqol qomar” (surat Al Qomar).”[29]

Boleh juga membaca surat Al A’laa pada raka’at pertama dan surat Al Ghosiyah pada raka’at kedua. Dan jika hari ‘ied jatuh pada hari Jum’at, dianjurkan pula membaca surat Al A’laa pada raka’at pertama dan surat Al Ghosiyah pada raka’at kedua, pada shalat ‘ied maupun shalat Jum’at. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الْعِيدَيْنِ وَفِى الْجُمُعَةِ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِى الصَّلاَتَيْنِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ‘ied maupun shalat Jum’at “Sabbihisma robbikal a’la” (surat Al A’laa) dan “Hal ataka haditsul ghosiyah” (surat Al Ghosiyah).” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat.[30]

Kelima: Setelah membaca surat, kemudian melakukan gerakan shalat seperti biasa (ruku, i’tidal, sujud, dst).

Keenam: Bertakbir ketika bangkit untuk mengerjakan raka’at kedua.

Ketujuh: Kemudian bertakbir (takbir zawa-id/tambahan) sebanyak lima kali takbir -selain takbir bangkit dari sujud- sebelum memulai membaca Al Fatihah.

Kedelapan: Kemudian membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

Kesembilan: Mengerjakan gerakan lainnya hingga salam.

Khutbah Setelah shalat ‘Ied

Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ – رضى الله عنهما – يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, begitu pula ‘Umar biasa melaksanakan shalat ‘ied sebelum khutbah.”[31]

Setelah melaksanakan shalat ‘ied, imam berdiri untuk melaksanakan khutbah ‘ied dengan sekali khutbah (bukan dua kali seperti khutbah Jum’at).[32] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan khutbah di atas tanah dan tanpa memakai mimbar.[33] Beliau pun memulai khutbah dengan “hamdalah” (ucapan alhamdulillah) sebagaimana khutbah-khutbah beliau yang lainnya.

Ibnul Qayyim mengatakan, “Dan tidak diketahui dalam satu hadits pun yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir. … Namun beliau memang sering mengucapkan takbir di tengah-tengah khutbah. Akan tetapi, hal ini tidak menunjukkan bahwa beliau selalu memulai khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir.”[34]

Jama’ah boleh memilih mengikuti khutbah ‘ied ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin As Sa-ib, ia berkata bahwa ia pernah menghadiri shalat ‘ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala beliau selesai menunaikan shalat, beliau bersabda,

إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ

“Aku saat ini akan berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan ia pergi.”[35]

Ucapan Selamat Hari Raya

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun tentang ucapan selamat (tah-niah) ketika hari ‘ied seperti sebagian orang mengatakan pada yang lainnya ketika berjumpa setelah shalat ‘ied, “Taqobbalallahu minna wa minkum wa ahaalallahu ‘alaika” dan semacamnya, maka seperti ini telah diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi. Mereka biasa mengucapkan semacam itu dan para imam juga memberikan keringanan dalam melakukan hal ini sebagaimana Imam Ahmad dan lainnya. Akan tetapi, Imam Ahmad mengatakan, “Aku tidak mau mendahului mengucapkan selamat hari raya pada seorang pun. Namun kalau ada yang mengucapkan selamat padaku, aku akan membalasnya“. Imam Ahmad melakukan semacam ini karena menjawab ucapan selamat adalah wajib, sedangkan memulai mengucapkannya bukanlah sesuatu yang dianjurkan. Dan sebenarnya bukan hanya beliau yang tidak suka melakukan semacam ini. Intinya, barangsiapa yang ingin mengucapkan selamat, maka ia memiliki qudwah (contoh). Dan barangsiapa yang meninggalkannya, ia pun memiliki qudwah (contoh).”

Bila Hari ‘Ied Jatuh pada Hari Jum’at

Bila hari ‘ied jatuh pada hari Jum’at, maka bagi orang yang telah melaksanakan shalat ‘ied, ia punya pilihan untuk menghadiri shalat Jum’at atau tidak. Namun imam masjid dianjurkan untuk tetap melaksanakan shalat Jum’at agar orang-orang yang punya keinginan menunaikan shalat Jum’at bisa hadir, begitu pula orang yang tidak shalat ‘ied bisa turut hadir. Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ulama Hambali. Dan pendapat ini terdapat riwayat dari ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Az Zubair.

Dalil dari hal ini adalah:

Pertama: Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Romlah Asy Syamiy, ia berkata, “Aku pernah menemani Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya pada Zaid bin Arqom,

أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِيدَيْنِ اجْتَمَعَا فِى يَوْمٍ قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَكَيْفَ صَنَعَ قَالَ صَلَّى الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِى الْجُمُعَةِ فَقَالَ « مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّىَ فَلْيُصَلِّ ».

“Apakah engkau pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan dua ‘ied (hari Idul Fithri atau Idul Adha bertemu dengan hari Jum’at) dalam satu hari?” “Iya”, jawab Zaid. Kemudian Mu’awiyah bertanya lagi, “Apa yang beliau lakukan ketika itu?” “Beliau melaksanakan shalat ‘ied dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat Jum’at”, jawab Zaid lagi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau shalat Jum’at, maka silakan melaksanakannya.”[36]

Kedua: Dari ‘Atho’, ia berkata, “Ibnu Az Zubair ketika hari ‘ied yang jatuh pada hari Jum’at pernah shalat ‘ied bersama kami di awal siang. Kemudian ketika tiba waktu shalat Jum’at Ibnu Az Zubair tidak keluar, beliau hanya shalat sendirian. Tatkala itu Ibnu ‘Abbas berada di Thoif. Ketika Ibnu ‘Abbas tiba, kami pun menceritakan kelakuan Ibnu Az Zubair pada Ibnu ‘Abbas. Ibnu ‘Abbas pun mengatakan, “Ia adalah orang yang menjalankan sunnah (ajaran Nabi) [ashobas sunnah].”[37] Jika sahabat mengatakan ashobas sunnah(menjalankan sunnah), itu berarti statusnya marfu’ yaitu menjadi perkataan Nabi.[38]

Diceritakan pula bahwa ‘Umar bin Al Khottob melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Ibnu Az Zubair. Begitu pula Ibnu ‘Umar tidak menyalahkan perbuatan Ibnu Az Zubair. Begitu pula ‘Ali bin Abi Tholib pernah mengatakan bahwa siapa yang telah menunaikan shalat ‘ied maka ia boleh tidak menunaikan shalat Jum’at. Dan tidak diketahui ada pendapat sahabat lain yang menyelisihi pendapat mereka-mereka ini.[39]

Catatan:

Dianjurkan bagi imam masjid agar tetap mendirikan shalat Jum’at supaya orang yang ingin menghadiri shalat Jum’at atau yang tidak shalat ‘ied bisa menghadirinya. Dalil dari hal ini adalah dari An Nu’man bin Basyir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ‘ied dan shalat Jum’at “sabbihisma robbikal a’la” dan “hal ataka haditsul ghosiyah”.” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat.[40] Karena imam dianjurkan membaca dua surat tersebut pada shalat Jum’at yang bertepatan dengan hari ‘ied, ini menunjukkan bahwa shalat Jum’at dianjurkan untuk dilaksanakan oleh imam masjid.

Siapa saja yang tidak menghadiri shalat Jum’at dan telah menghadiri shalat ‘ied –baik pria maupun wanita- maka wajib baginya untuk mengerjakan shalat Zhuhur (4 raka’at) sebagai ganti karena tidak menghadiri shalat Jum’at.[41]
Demikian beberapa penjelasan ringkas mengenai panduan shalat Idul Fithri dan Idul Adha. Semoga bermanfaat.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Diselesaikan di Pangukan, Sleman, di hari yang baik untuk beramal sholih, 7 Dzulhijah 1430 H.

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Friday, November 4, 2011

DAHSYATNYA NERAKA

~~~


... Bismillahirrahmanirrahiim

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.



Wahai manusia yang durhaka dan senantiasa bergelimang dengan maksiat dan dosa, tidakkah kedahsyatan jahannam menggetarkan hatimu? Allah menyediakan bagi hamba-hamba-Nya yang ingkar lagi sombong. Ingatlah tatkala jahannam ditarik dengan 70.000 tali kekang dan setiap tali ditarik oleh 70.000 malaikat, saat itu orang-orang kafir dalam kehinaan, mereka berharap seandainya dapat menebus semua itu dengan emas sebesar dunia.

Sungguh besar kehinaan dan kecelakaan para penghuninya. Sungai neraka adalah darah dan nanah busuk yang menggelegak, minumannya adalah air yang mendidih, naungannya adalah awan hitam yang panas, anginnya adalah samum yang membawa hawa panas, makanannya adalah zaqqum yang jika setetesnya jatuh ke bumi, niscaya hancurlah dunia dan seisinya, bahan bakarnya adalah manusia dan batu api, panasnya membakar kulit hingga ke ulu hati, pakaiannya adalah baju ter yang membakar, kedalamannya sejauh batu yang diluncurkan selama 70 tahun. Suara neraka akan meraung geram kepada penghuninya. Mereka akan dibelenggu dengan rantai besi membara dan dipukul dengan palu godam, yang jika mengenai sebuah gunung niscaya gunung tesebut akan menjadi abu, wajah-wajah mereka diseret di atas bara api sedang tangan mereka terikat.

Duhai . kecelakaan apalagi yang pedih besar dari itu semua.
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam . Amiin.


LOKASI NERAKA

Jika surga terletak di langit ke tujuh, maka sebagian salaf berkata neraka terletak di dasar bumi yang ke tujuh (begitu pendapat Ibnu Mas’ud dan lainnya). Namun para jumhur tawaqquf (berdiam diri) dalam masalah ini, dan inilah pendapat yang dipilih oleh As-Suyuthi dan Waliyullah Ad-Dahlawi.


PEMANDANGAN LAIN DI JAHANNAM


1. Di Jahannam terdapat sebuah gunung api Shu’uda yang Allah memerintahkan orang kafir (Al-Walid bin Mughirah) untuk mendakinya. (Lihat QS. Al-Muddatstsir: 17). Menurut riwayat Imam Ahmad, setiap kali dia meletakkan tangannya di atas gunung tersebut, maka tangannya langsung meleleh. Dan ketika diangkat kembali seperti semula. Dia akan menghabiskan waktu selama 70 tahun untuk mendakinya, dan menuruninya selama 70 tahun juga.

2. Di Jahannam juga terdapat lembah Al-Ghayy, yaitu lembah di dasar Jahannam yang dialiri nanah bercampur darah dari para penghuni neraka. Lembah ini disediakan Allah kepada mereka yang meremehkan shalat dan mengikuti syahwatnya. (Lihat QS. Maryam: 59).

3. Juga lembah Atsam yang berisi ular dan kalajengking, adzab di dalamnya berlipat-lipat. Lembah ini diperuntukkan bagi mereka yang berbuat syirik, berzina dan membunuh jiwa tanpa hak. (Lihat QS. Al-Furqan: 68).

4. Ada juga lembah Maubiqa yang berisi nanah di dalam neraka Jahannam. Allah menyiapkannya untuk para penyembah berhala. (Lihat QS. Al-Kahfi: 51-52).

5. Ada juga sebuah rumah bernama Al-Falaq, Ibnu Rajab mengatakan jika pintunya dibuka, maka seluruh penduduk neraka akan menjerit karena tidak mampu menahan panasnya.

6. Di Jahannam juga terdapat penjara Bulas dimana orang-orang yang menyombongkan diri akan digiring seperti semut-semut kecil berbentuk manusia, mereka diselimuti dengan kobaran api dan terbenam dalam keringat dan nanah yang bercampur darah penduduk neraka. (HR. Ahmad, hasan).

7. Belenggu Jahannam. Di dalam Jahannam ada tiga belenggu; Al-Aghlal, yaitu belenggu dari besi membara yang dipasang dileher penduduk neraka. (QS. Saba: 33), Al-Ashfad, yaitu tali api yang sangat kuat sehingga membuat seseorang tak berdaya. (QS. Ibrahim: 49) dan As-Salasil, yaitu rantai besi yang panjangnya 70 hasta. (QS. Al-Haqqah: 32).

8. Cambuk Jahannam. Allah berfirman: “Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” (QS. Al-Hajj: 21).


PARA PENJAGA NERAKA

Allah menggambarkan tentang karakter malaikat penjaga neraka, mereka adalah makhluk yang sangat keras dan kasar. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).


MAKANAN DAN MINUMAN DI NERAKA

1. Pohon Zaqqum, mayangnya seperti kepala syetan, tumbuh di bawah dasar neraka Jahim, setiap yang memakannya, maka ususnya akan terburai. (QS. Ash-Shaffat: 62-68).

2. Pohon Dhari, yaitu pohon duri yang sangat keras, tidak dapat menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar, karena ia menyumbat tenggorokan, tidak keluar dan tidak juga masuk ke dalam perut, demikian menurut Ibnu Abbas. (QS. Al-Ghasiyah: 6).

3. Ghislin, yaitu nanah bercampur darah yang keluar dari tubuh penduduk neraka. (QS. Al-Haqqah: 35-37).

4. Al-Hamim, yaitu air yang sangat panas yang akan disuguhkan dengan besi panas yang ujungnya dibengkokkan. (QS. An-Naba’: 24-25).

5. Al-Ghassaq, air yang sangat dingin. Menurut Ibnu Umar ia adalah nanah kental yang jika setetesnya ditumpahkan di barat bumi, niscaya penduduk timur akan mencium baunya yang sangat busuk.

6. Ash-Shadid, (QS. Ibrahim: 16), yaitu air nanah bercampur darah. Ibnu Rajab berkata, air shadid akan membuat wajah mereka hangus, sekaligus membuat seluruh kulit kepala dan rambutnya mengelupas.


PINTU-PINTU NERAKA

Jahannam memiliki 7 pintu yang tiap-tiap pintu telah ditetapkan golongan yang akan memasukinya. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (QS. Al-Hijr: 43-44).

Ibnu Juraij berkata tentang ayat tersebut:
“Yang pertama adalah Jahannam, kemudian neraka Ladza, neraka Huthamah, neraka Sa’ir, neraka Saqar, Jahim dan Hawiyah”.
Pintu-pintu neraka tertutup rapat, sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka.” (QS. Al-Humazah: 8) .
“Mereka berada di dalam neraka yang ditutup rapat.” (QS. Al-Balad: 20).

Ibnu Rajab berkata:
“Pintu-pintu neraka akan selalu tertutup sebelum dimasuki oleh penghuninya nanti pada hari kiamat. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya.” (QS. Az-Zumar: 71).


GAUNG KEGERAMAN SUARA NERAKA

Orang-orang kafir dapat mendengar raungan suara neraka yang penuh dengan kegeraman dari jarak yang jauh. Allah berfirman:
“Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya.” (QS. Al-Furqan: 11).

Juga firman-Nya:
“Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah lantaran marah.” (QS. Al-Mulk: 7).

Ka’ab pernah berkata kepada Umar bin Khaththab:
“Demi Allah, Neraka Jahannam akan mengeluarkan gaung suaranya. Tidak ada satu malaikat yang dekat kepada Allah atau makhluk yang lain kecuali akan terjatuh di atas kedua lututnya sambil berkata: “Ya Allah, pada hari ini hendaklah manusia mengurus dirinya sendiri-sendiri.”


KADAR HAWA DAN PANAS NERAKA

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Api kalian yang ada sekarang ini yang digunakan bani Adam untuk membakar hanyalah 1/70 dari api neraka jahannam. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ibnu Rajab menukil pendapat Ka’ab kepada Umar bin Khaththab:
“Seandainya neraka Jahannam dibuka seukuran hidung lembu di bumi sebelah timur, dan ada seseorang di belahan bumi bagian barat, pasti otaknya akan meleleh karena tidak mampu menahan panasnya”.

Di antara penyebab hawa dan panas neraka sedemikian memuncak adalah tidak berfungsinya 3 unsur pendingin dari panas bagi manusia, yaitu air, angin dan naungan untuk berteduh. Air di jahannam adalah hamim (air panas yang menggelegak), anginnya adalah samum (angin yang amat panas), sedang naungannya adalah yahmum (naungan berupa potongan-potongan asap hitam yang juga panas). (Lihat QS. Al-Waqi’ah: 41-44).


PERMOHONAN PENDUDUK NERAKA KEPADA PENDUDUK SURGA

Para penduduk neraka merasa iri dengan apa yang Allah berikan kepada penduduk surga berupa makanan dan minuman yang sangat nikmat, mereka merengek sekiranya di antara penduduk surga ada yang mau memberikan sedikit saja kepada mereka. Di antara penduduk surga ada yang merasa iba, hingga hampir-hampir memberikannya. Namun Allah mengharamkan manakan dan minuman itu bagi penduduk neraka. (Lihat QS. Al-A’raf: 44-50).


BAHAN BAKAR NERAKA

Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;” (QS. At-Tahrim: 6).
Sebagian mufassir mengatakan bahwa batu tersebut adalah batu korek atau belerang, ada yang mengatakan batu berhala yang dahulu disembah orang musyrik, mereka menjadi bahan bakar neraka sebagai penghinaan atas sesembahan mereka, begitu pula para penyembahnya. (Lihat QS. Al-Anbiya’: 98-99).


KONDISI PENGHUNI NERAKA

1. Wajah mereka cacat dan terbakar. (QS. Al-Mukminun: 104).

2. Setiap kulit mereka matang karena terbakar, maka Allah akan mengganti kulit yang baru, begitulah seterusnya. (QS. An-Nisa’: 56).

3. Wajah yang hangus menghitam, karena kepala mereka akan disematkan mahkota api.

4. Penduduk neraka akan mengeluarkan bau yang sangat busuk dari tubuh mereka.


PAKAIAN DI NERAKA

1. Pakaian dari Qathiran yang terbuat dari tembaga yang dilebur. (QS. Ibrahim: 49-50).

2. Tikar dan selimut api (Mihad dan Ghawasy). (QS. Al-A’raf: 41).


SUMUR DAN JURANG NERAKA

Kedalamannya sebagaimana yang digambarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah:
“Pada suatu hari kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam Lantas kami mendengar suara benda jatuh, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tahukah kalian, suara apakah itu?” Kami menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu adalah suara batu yang dikirim dari neraka jahannam sejak 70 tahun yang lalu. Dan sekarang baru sampai ke dasar neraka.”


LUAS JAHANNAM

Untuk mengetahui luas dan besarnya jahannam, dapat dibayangkan seandainya jahannam itu memiliki 70.000 tali kekang dan setiap tali kekang dipegang oleh 70.000 malaikat (Shahihul Jami’ 7.878). Juga dengan mengetahui besarnya tubuh para penghuninya, yang gerahamnya sebesar gunug Uhud, jarak antara kedua pundaknya sama dengan perjalanan 3 hari, tempat duduknya sejauh Makkah dan Madinah, bahkan seandainya seorang penduduk neraka menangis, maka air matanya yang menetes dapat menjadikan sebuah perahu berlayar di atasnya.


BERBAGAI BENTUK SIKSAAN BAGI PENDUDUK NERAKA

1. Seringan-ringan siksa adalah seseorang yang memakai terompah dari bara api, sehingga menyebabkan otaknya mendidih. (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Kepala mereka akan disiram dengan air panas sehingga melelehkan otak mereka, begitu pula isi perut dan kulit mereka. (QS. Al-Hajj: 19-21).

3. Wajah mereka akan diseret di atas bara api, juga dibolak-balik seperti daging bakar. (QS. Al-Ahzab: 66).

4. Wajahnya akan dihitamkan seperti tertutup kepingan malam yang gelap gulita. (QS. Yunus: 27).

5. Dikepung api dari segala penjuru. (QS. Al-Ankabut: 55 dan Az-Zumar: 16).

6. Api membakar hati penduduk neraka, sehingga dari hati mereka keluar api.

7. Isi perut manusia akan terburai (menimpa kepada Amru bin Luhay, orang yang pertama kali merubah ajaran tauhid nabi Ibrahim menjadi penyembahan terhadap berhala).

8. Terjun dari atas neraka, yaitu bagi mereka yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari tempat yang tinggi.

9. Tidak pernah mati selamanya. (QS. Ibrahim: 17).

10. Siksaannya tidak pernah berhenti. (QS. Al-Mukmin: 49-50).


ULAR DAN KALAJENGKING JAHANNAM

Dalam menjelaskan firman Allah:
“Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.” (QS. An-Nahl: 88).

Ibnu Mas’ud berkata:
“Yaitu kalajengking yang taringnya seperti pohon kurma yang panjang.”
Imam As-Sudi mengatakan bahwa ia adalah ular-ular di dalam neraka. Riwayat tentang ular dan kalajengking di neraka tidak ada yang marfu’ sampai ke Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, kebanyakan mauquf pada sahabat dan sebagian israiliyat. Wallahu a’lam.


JERITAN, RINTIHAN DAN LOLONGAN PENDUDUK NERAKA

Di antara kengerian neraka; penduduknya merintih dan menjerit serta melolong seperti keledai yang meringkik keras, yang demikian itu karena saking pedihnya siksa yang dirasakan. (Lihat QS. Al-Anbiya’: 100, Hud: 106 dan Fathir: 37). Penduduk neraka akan menangis sampai air mata mereka habis, sehingga yang keluar dari matanya adalah darah, ya darah, bukan air lagi!
Mereka merintih dan memohon agar dapat dikeluarkan dari siksa neraka, mereka berjanji akan beramal shalih jika dikembalikan di dunia. Namun harapan mereka adalah harapan kosong dan doa mereka adalah doa yang sia-sia. Malaikat berkata: “Sesungguhnya kalian akan tetap berada di neraka ini.” (QS. Az-Zukhruf: 77).


SIAPAKAH PENDUDUK NERAKA?

Dari Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih disimpulkan bahwa penduduk neraka adalah orang yang musyrik, kafir, munafik, orang-orang sombong, orang-orang yang tidak mengingkari Thaghut (sesembahan yang disembah selain Allah) dan pemimpin zalim, para pezina dan homoseks, peminum khamer (minuman keras), pemakan riba (seperti bunga Bank), uang judi (seperti togel, siji, Asuransi dll) dan harta anak yatim tanpa alasan yang benar, pembunuh orang mukmin tanpa hak, pelaku bunuh diri, orang yang tidak mau berjihad dan tidak mau membantu kaum muslimin yang tertindas dan diperangi, orang yang meninggalkan shalat, zakat, dan shaum (puasa), para dayyuts (orang yang membiarkan perbuatan maksiat terjadi di hadapannya) dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dll.

Semoga kita tidak menjadi bagian dari Penduduk Neraka! Aamiin Ya Allah..!

Wallahu A’lam.

Tuesday, November 1, 2011

10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah

Orang Cerdas Tidak Melewatkan Kesempatan Emas Di Bulan Dzulhijjah

Para pembaca… semoga Anda selalu dalam keadaan sehat, penuh iman.



Termasuk tingkat kejeniusan yang sangat tinggi adalah mengenal kesempatan-kesempatan emas, waktu-waktu berharga, keadaan-keadaan penting yang disebutkan di dalam syariat Islam berdasarkan Al Quran dan hadits shahih, dan tidak membiarkan kesempatan, waktu dan keadaan... tersebut terbuang percuma tanpa diisi dengan amal shalih.

Termasuk di dalamnya KESEMPATAN EMAS DI BULAN DZULHIJJAH!!!

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ .

Artinya: “Tiada hari-hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini”. yakni 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah, mereka (para shahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya)?”, beliau bersabda: “Dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya), kecuali seseorang yang berjuang dengan dirinya dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan apapun”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ”.

Artinya: “Tiada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan yang lebih ia cintai untuk beramal di dalamnya daripada 10 hari ini, maka perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya”. (HR. Ahmad dan di shahihkan oleh Al Mundziry dan Ahmad Syakir tetapi dilemahkan oleh Al Albani di dalam kitab Dha’ih At Targhib wa At Tarhib, 744)

Abu Qatadah Al Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». رواه مسلم

Artinya: Bahwa Rasulullah ditanya tentang puasa Hari Arafah: “Menghapuskan (dosa-dosa) setahun lalu dan setahun yang akan datang”. (HR. Muslim)

Dari Hadits-hadits di atas dianjurkan untuk memperbanyak amal shalih di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, seperti; Menunaikan haji dan umrah, berpuasa, berkurban, bertakbir, bertahmid dan bertasbih serta bertahlil, serta amal shalih lainnya.

Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin