Monday, July 30, 2012

Indah bulan ramadhan bersama Al-Qur'an

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan warna ketaatan. Selain ibadah puasa di siang hari, kaum muslimin dapat menikmati keindahan tadabbur dan tilawah al-Qur’an di malam hari. Dengan merenungkan ayat-ayat al-Qur’an itulah ketenangan jiwa akan didapatkan.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah, bahwa dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan berdzikir kepada Allah dalam ayat ini adalah Kitab-Nya. Yaitu, tatkala seorang mukmin mengetahui kandungan hukum dari ayat-ayat Allah yang menunjukkan kepada kebenaran maka hatinya pun merasakan ketentraman. Sebab hatinya tidak bisa merasakan ketentraman tanpa ilmu dan keyakinan, sementara ilmu dan keyakinan itu bisa diperoleh dengan memperhatikan Kitabullah tersebut (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 418 cet. Ar-Risalah)

Membaca dan merenungkan ayat-ayat al-Qur’an adalah bagian dari dzikir. Sementara kedudukan dzikir bagi seorang insan laksana air bagi seekor ikan. Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah mengatakan, “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan. Apakah yang akan terjadi jika ikan dipisahkan dengan air?” Bagaimana mungkin seorang hamba mengaku mencintai Allah, sementara hati dan lisannya kering dari mengingat dan memuji-Nya?!

Demikianlah yang telah dipraktekkan oleh salafus shalih. Mereka adalah suatu kaum yang mengagungkkan Kitabullah dengan semestinya. Mereka tidak hanya mengimani al-Qur’an sebagai bacaan ataupun wahyu dari sisi-Nya, tetapi mereka juga menerapkan ajarannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika mereka mendapatkan predikat generasi terbaik umat ini. Gelar yang layak mereka sandang, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu’anhu)

Para sahabat radhiyallahu’anhum telah menjadi teladan bagi generasi berikutnya dalam menjadikan al-Qur’an sebagai jalan hidup mereka. Oleh sebab itu mereka pun mulia di sisi Allah karena ketakwaan mereka, kedalaman ilmu mereka, amal salih mereka, dan kecintaan mereka yang teramat besar terhadap Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sebagian kaum dengan Kitab ini dan akan merendahkan sebagian yang lain dengan Kitab ini pula.” (HR. Muslim dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu)

Mereka adalah sebuah generasi yang telah ridha terhadap Allah, Islam dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka tidak rela untuk menjual keimanan dan tauhid yang mereka miliki dengan kenikmatan dunia apapun. Mereka lebih memilih disiksa daripada harus menuruti kemauan thaghut dan dedengkot kekafiran. Seperti Bilal bin Rabah radhiyallahu’anhu yang rela tubuhnya tersengat teriknya panas padang pasir dan kesakitan di bawah tindihan batu dengan kalimat ‘Ahad, Ahad’ yang terus mengalir dari bibirnya yang mulia. Itulah manisnya iman yang mereka gapai dengan segenap pengorbanan dan perjuangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan manisnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-’Abbas bin Abdul Muthallib radhiyallahu’anhu)

Para sahabat hidup di bawah naungan al-Qur’an. Sehingga ayat-ayat suci itu mewarnai hidup dan kehidupan mereka, mewarnai hati dan tingkah laku mereka. Tidak sebagaimana kaum Khawarij yang hanya menjadikan al-Qur’an sebagai hiasan di bibir dan lisan mereka. Akan tetapi, pemikiran dan keyakinan mereka melesat dari agama sebagaimana melesatnya anak panah menembus sasarannya. Kaum Khawarij itulah -meskipun mereka memiliki banyak hafalan al-Qur’an dan bersungguh-sungguh dalam beribadah- kelompok orang yang mendapatkan celaan keras dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka lah yang disebut sebagai anjing-anjing neraka. Sejelek-jelek manusia dan seburuk-buruk kaum yang terbunuh di bawah kolong langit ini. Bahkan, bagi orang yang berhasil membunuh mereka Nabi janjikan pahala yang besar di sisi Allah pada hari kiamat kelak.

Para sahabat radhiyallahu’anhum tidak memandang al-Qur’an sebagai kumpulan dongeng atau cerita pelipur lara belaka. Bahkan, mereka menjadikan al-Qur’an sebagai undang-undang kehidupan mereka dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, dalam hidup individu dan rumah tangga. Mereka pun tidak menganggap bahwa masa berlakunya hukum-hukum Kitabullah hanya untuk dua atau tiga generasi saja. Bahkan, al-Qur’an itu cocok dan sesuai dengan segala masa dan suasana. Oleh sebab itu Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berpesan, “Ikutilah tuntunan dan janganlah kalian mengada-adakan ajaran baru, karena sesungguhnya kalian telah dicukupkan.”

Para sahabat radhiyallahu’anhum menjadikan al-Qur’an sebagai sesuatu yang harus diyakini dan diamalkan, bukan sesuatu yang harus diragukan apalagi untuk diperdebatkan! Mereka sangat yakin bahwa al-Qur’an adalah sebaik-baik pembicaraan, sejujur-jujur perkataan, dan sebaik-baik petunjuk bagi kemanusiaan. Ia diturunkan dari sisi Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Tidaklah datang kepadanya kebatilan, dari arah depan, maupun dari arah belakang. Seandainya seluruh manusia bersatu padu untuk membuat sesuatu yang serupa dengannya, niscaya mereka akan gagal dan tidak sanggup melakukannya, meskipun mereka bahu-membahu dan saling membantu satu dengan yang lain. Tidak mungkin mereka bisa menandingi mukjizat yang agung ini. Inilah kemuliaan al-Qur’an yang akan membuat tentram dan sejuk hati insan beriman. Dan sebaliknya, ia tidak akan mendatangkan pengaruh kepada orang-orang yang zalim kecuali kerugian dan kebencian.

Salafus shalih telah memberikan teladan kepada kita dalam mewarnai bulan yang mulia ini dengan interaksi yang intensif bersama al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri setiap tahunnya menyetorkan hafalan al-Qur’an kepada Jibril ‘alaihis salam di setiap malam di bulan Ramadhan. Demikian pula salafus shalih, mereka memperbanyak membaca al-Qur’an di bulan Ramadhan, di dalam maupun di luar sholat. Az-Zuhri rahimahullah berkata apabila telah masuk bulan Ramadhan, “Sesungguhnya ini adalah kesempatan untuk membaca al-Qur’an dan memberikan makanan.” Imam Malik rahimahullah, apabila telah datang bulan Ramadhan maka beliau menutup majelis hadits dan mengkhususkan diri untuk membaca al-Qur’an dari mushaf. Qatadah rahimahullah pada bulan Ramadhan mengkhatamkan al-Qur’an setiap tiga malam, sedangkan pada sepuluh hari terakhir beliau mengkhatamkannya setiap malam. Begitu pula Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah, pada sepuluh hari terakhir beliau mengkhatamkan al-Qur’an setiap dua malam (lihat Majalis Syahri Ramadhan karya Syaikh Utsaimin, hal. 26-27 cet. Dar al-’Aqidah)

sumber : muslim.or.id

Sunday, July 29, 2012

pahala memberi makan orang puasa

Bulan Ramadhan benar-benar kesempatan terbaik untuk beramal. Bulan Ramadhan adalah kesempatan menuai pahala melimpah. Banyak amalan yang bisa dilakukan ketika itu agar menuai ganjaran yang luar biasa. Dengan memberi sesuap nasi, secangkir teh, secuil kurma atau snack yang menggiurkan, itu pun bisa menjadi ladang pahala. Maka sudah sepantasnya kesempatan tersebut tidak terlewatkan.

Inilah janji pahala yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan,



مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”[1]

Al Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa memberi makan buka puasa di sini boleh jadi dengan makan malam, atau dengan kurma. Jika tidak bisa dengan itu, maka bisa pula dengan seteguk air.[2]

Ath Thobari rahimahullah menerangkan, “Barangsiapa yang menolong seorang mukmin dalam beramal kebaikan, maka orang yang menolong tersebut akan mendapatkan pahala semisal pelaku kebaikan tadi. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar bahwa orang yang mempersiapkan segala perlengkapan perang bagi orang yang ingin berperang, maka ia akan mendapatkan pahala berperang. Begitu pula orang yang memberi makan buka puasa atau memberi kekuatan melalui konsumsi makanan bagi orang yang berpuasa, maka ia pun akan mendapatkan pahala berpuasa.”[3]

Sungguh luar biasa pahala yang diiming-imingi.

Di antara keutamaan lainnya bagi orang yang memberi makan berbuka adalah keutamaan yang diraih dari do’a orang yang menyantap makanan berbuka. Jika orang yang menyantap makanan mendoakan si pemberi makanan, maka sungguh itu adalah do’a yang terkabulkan. Karena memang do’a orang yang berbuka puasa adalah do’a yang mustajab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”[4] Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.[5]

Apalagi jika orang yang menyantap makanan tadi mendo’akan sebagaimana do’a yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam praktekkan, maka sungguh rizki yang kita keluarkan akan semakin barokah. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,

اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى

“Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku][6]

Tak lupa pula, ketika kita memberi makan berbuka, hendaklah memilih orang yang terbaik atau orang yang sholih. Carilah orang-orang yang sholih yang bisa mendo’akan kita ketika mereka berbuka. Karena ingatlah harta terbaik adalah di sisi orang yang sholih. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada ‘Amru bin Al ‘Ash,

يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ

"Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta di tangan hamba yang Shalih."[7]

Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga.[8] Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ »

"Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya." Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, "Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur."[9]

Seorang yang semangat dalam kebaikan pun berujar, “Seandainya saya memiliki kelebihan rizki, di samping puasa, saya pun akan memberi makan berbuka. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Sungguh pahala melimpah seperti ini tidak akan saya sia-siakan. Mudah-mudahan Allah pun memudahkan hal ini.”

Lalu bagaimanakah dengan Anda?



Disusun di hari penuh berkah, Panggang-GK, 4 Sya’ban 1431 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.rumaysho.com

[1] HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[2] Faidul Qodhir, 6/243.

[3] Syarh Ibnu Baththol, 9/65.

[4] HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[5] Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7/194.

[6] HR. Muslim no. 2055.

[7] HR. Ahmad 4/197. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim.

[8] Lihat Lathoif Al Ma’arif, 298.

[9] HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.

Thursday, July 26, 2012

do'a berbuka dan sahur puasa ramadhan

Doa buka puasa :

Allahumma laka Shumtu wabika aamantu wa’ala risqika afthartu birahmatika yaa arhamar raahimiin.

Artinya:
Ya Allah untukMu aku berpuasa, kepadaMu aku beriman dan dengan rizki dariMu aku berbuka, dengan rahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Penyayang.



Doa makan sahur :

Nawaitu shauma gadhin ‘an adaai fardhu syahri ramadhaan haadzihis sanati lillahi ta’aalaa.

Artinya:
Dengan nama Allah yg maha Pengasih maha Penyayang saya berniat berpuasa sehari penuh besok dalam bulan ini bulan Ramadhan, karena Engkau ya Allah.

Tuesday, July 24, 2012

selamat datang ramadhan 1433H

Ramadan adalah bulan kesabaran. Setiap hal yang tak inginkan terjadi, balaslah dengan senyuman tulus dari hati dan perbuatan baik. Niscaya Allah akan memberikan jalan terbaik. Syukurku pada-Mu Ya Allah atas segala nikmat yang telah kuterima dan nikmat yang akan datang esok, lusa, dan nanti. Nikmatmu yang tak putus-putus merupakan bentuk kasih sayang-Mu Ya Allah. Dan ampunilah segala dosa yang melekat pada diriku ini. Di bulan Ramadhan ini, aku memohon ampunan-Mu… Untuk para sahabat, teman, saudara, aku minta maaf atas segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Mohon maafkan. Marhaban ya ramadhan.. Mohon maaf lahir batin.. Alhamdulillah, kita bertemu lagi dengan bulan puasa Ramadan, bulan penuh mutiara hikmah. Ini semua berkat nikmat-Mu ya Allah. Semoga Ramadhan ini kita bisa lebih baik dari Ramadan sebelumnya. 11 bulan berlalu dan kini aku kembali berjumpa denganmu. Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan. Saatnya menyucikan hati dan membersihkan diri. Semoga kita termasuk orang-orang yang berhasil di bulan puasa ini dan mendapat ridho-Nya. Marhaban ya Ramadhan… Bulan suci penuh berkah telah tiba. Saatnya untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya. Menjauhi keburukan dan memperbanyak ibadah pada-Nya. Dengan segala kerendahan hati, kami haturkan mohon maaf lahir & batin atas segala salah dan khilaf…. Selamat datang bulan suci Ramadhan. Marhaban ya Ramadhan. Selamat datang bulan Ramadhan… 1433H